(Oleh : Syaikh Al Munajid)
Segala Puji bagi Allah. Tidak layak bagi
seorang muslim yang mengimani Tuhannya dan Islam sebagai agamanya,
dan mengimani Muhammad SAW sebagai nabi dan Rasulnya juga beriman
terhadap Qodar baik dan buruknya, untuk meyakini adanya pengaruh
tertentu dari suatu dzat atau sifat, bahwa hal tersebut bisa mendatangkan
manfaat atau menolak mudharat, padahal tidak diajarkan. Dalam agama
(syara), tetapi hal itu hanya merupakan warisan jahiliyah yang sudah
dibatalkan Islam, dan kepercayaan semacam itu merupakan perbuatan
musyrik yang menghilangkan kesempurnaan tauhid karena hal itu hanyalah
bujukan syetan dan buaiannya.
Seperti yang dicontohkan Allah tentang
keluarga Fir'aun dalam firmannya :
"Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran(kebajikan)
mereka berkata : "ini adalah karena(usaha kami)" dan jika mereka
ditimpa kesusahan mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa
dan orang-orang yang besertanya." (QS Al-A'raf
: 31)
Mereka itu kalau ditimpa musibah atau paceklik mereka
lemparkan kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang menyertainya
dari orang-orang mukmin, kemudian Allah menjawab kesialan mereka
itu dengan firmannya :
"…ketauhilah sesungguhnya kesialan mereka itu adalah
ketetapan dari Allah"
Ibnu Abbas Radhiyallaahu anhu berkata: artinya adalah
apa yang telah ditentukan dan ditetapkan bagi mereka. Maka kesialan
mereka itu adalah karena kekufuran mereka dan karena mereka mendustai
ayat-ayat Allah dan RasulNya. terdapat beberapa hadits yang melarang
untuk merasa sial atau tathayur dengan sesuatu, Tathayur ini pada
mulanya adalah merasa sial pada sebagian burung, tapi kemudian menjadi
tanda bagi segala sesuatu yang disialkan, diantaranya seperti yang
terdapat pada hadits Abu Hurairah semoga Allah meridhainya. Bahwasanya
Nabi SAW bersabda:
" Tidak ada Adwa, thiarah, hamah dan shafar "
(HR. Bukhari muslim )
dan Muslim menambahkan dalam riwayatnya " dan tidak ada nau dan Ghaul "
Maka Nabi SAW melarang Adwa (penularan penyakit
) yang sudah menjadi anggapan orang-orang jahiliyah dalam menyandarkan
penyakit kepada selain Allah, dan bahwa penyakit itu terjangkit
atau menular dengan sendirinya tanpa kehendak dan takdir Allah ta'ala,
lantas Nabi mengkhabarkan bahwa semua itu terjadi atas kehendak
dan takdir Allah Ta'ala dan seorang hamba diperintah untuk menjauhi
sebab-sebab kejahatan dan mencari keselamatan. Perkataan Nabi SAW
:
"Tidak ada Shafar"
maksudnya seperti pendapat salah satu dua pendapat
ulama yaitu "Bulan Shafar" dimana orang-orang jahiliyah menganggap
sial dengan bulan itu, seperti kata Muhammad bin Rasyid dari orang
yang pernah mendengarnya berkata:
"Adalah orang-orang jahiliyah merasa sial dengan bulan
shafar, mereka mengatakan bahwa bulan shafar adalah bulan yang membawa
kesialan tidak menguntungkan, maka nabi membatalkan semua itu.
Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata:
"Merasa sial dengan bulan shafar termasuk jenis thiyarah
yang terlarang, demikian pula merasa sial dengan sebagian hari seperti
dengan hari Rabu. Dan orang-orang jahiliyah menganggap sial terhadap
bulan Syawal khususnya dalam pernikahan."
Dan tidak diragukan lagi bahwa menganggap sial dengan
angka 13 seperti pertanyaan diatas adalah termasuk jenis thiyarah,
yang tidak ada keterangan satu dalil pun baik dari Al-qur'an ataupun
Sunnah yang menjelaskan bahwa pada angka(hari) tsb ada sebab-sebab
kesialan, atau ketidak beruntungan. Hari itu adalah hari biasa seperti
hari-hari lainnya. Adapun kejadian-kejadian yang terjadi pada hari
itu adalah berdasarkan ketentuan dan takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala
untuk terjadi dengan cara seperti itu.
Andaikan setiap orang menyibukkan diri untuk menghitung
nomor-nomor dan tanggal yang padanya terjadi musibah-musibah yang
menimpa umat, maka akan terdapat keselarasan diantara sebagiannya,
akan tetapi keselarasan ini tidak ada hubungannya dengan merasa
sial dengan angka atau tanggal dimana terjadi suatu kejadian atau
musibah itu.
Adapun obat kegalauan semacam ini adalah hendaknya
seorang hamba menguatkan hati, keyakinan dan tawakalnya kepada Allah,
dan hendaknya mengetahui bahwa tidak ada satu kejadianpun yang menimpa
kecuali berdsarkan taqdir(ketentuan) dari Allah, dan hendaknya berhati-hati
terhadap buaian syetan dalam godaan-godaannya serta jalan-jalannya,
seseorang itu terkadang dihukum dengan terjerumus kepada sesuatu
yang dibenci, itu dikarenakan ia berpaling dari iman kepada Allah
dan berpaling dari mengi'tikadkan bahwa segala kebaikan itu berada
ditangan Allah, Dialah satu-satunya yang dapat menolak mudharat
dengan kuasanya dan kelembutannya.
Dan Nabi telah memberikan petunjuk kepada kita bila
kita terjerumus pada satu thiyarah atau kesialan dengan satu kaffarah(tebusan),
seperti pada hadits yang terdapat pada hadits Abdullah bin Umar
bahwasanya Nabi bersabda :
"barang siapa yang mengurungkan hajatnya (kepentingannya)
karena thiyarah, maka dia telah berbuat syirik"
para sahabat bertanya : "Lalu
apakah sebagai tebusannya ? " beliau menjawab "supaya dia
Mengucapkan..." yang artinya :
"Ya Allah tiada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau,
tiada kesialan kecuali kesialan dari Engkau dan tiada sembahan yang
haq selain Engkau".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar