Rabu, 02 Januari 2013

AWALNYA DARI BERCANDA

Obligasi syariah yang kini tercatat di Bursa efek Surabaya (BES), pada awalnya berasal dari canda Direktur Utama BES, Hindarmojo Hinuri dengan beberapa praktisi ekonomi syariah, investor dan pelaku pasar modal. "Awalnya dulu kita hanya bercanda saja, tetapi akhirnya malah jadi juga," ujar Hindarmojo mengungkapkan awal mula munculnya obligasi syariah di BES.

Saat itu, kata suami Rosdiana Lubis ini, mereka sedang membicarakan masalah perkembangan pasar
modal di Indonesia. Namun, karena saat itu ekonomi syariah mulai mencuat, mereka mencoba
mengangkat masalah obligasi syariah.
"Ayo, kita coba membuka obligasi syariah. Kamu bisa memulai, dan saya yang akan mencoba di BES.

Tapi kita konsultasikan dulu dengan kalangan para ulama, bagaimana konsepnya," ujar Hindarmojo.
Kemudian mereka pun mempertanyakan kepada Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama
Indonesia (MUI), bagaimana konsep obligasi syariah tersebut. Setelah ada penjelasan, akhirnya mereka sepakat untuk membuka obligasi syariah. Dan akhirnya PT Indosat Tbk, tercatat sebagai emiten pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya untuk obligasi syariah tersebut. Itu terjadi tahun 2002.

Saat ditanya bagaimana perkembangan obligasi syariah tahun 2005, bapak dari Haryo Radityo (20),
Indira Indah Prameswari (17) dan Ryan Triwardana (14) ini mengatakan, pertumbuhan obligasi syariah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup siginifikan. "Walaupun masih kecil, kami yakin ke depannya obligasi syariah akan makin diminati para investor," ujarnya. Bahkan, kata dia, terobosan yang dilakukan oleh BES dengan menerbitkan obligasi syariah pertama, layak dicatat dalam tinta emas. Hal tersebut kata dia menunjukkan bahwa BES telah memerankan fungsi sebagai trend-setter penerbitan obligasi syariah yang memberi warna tersendiri perekonomian syariah di Indonesia.

Sampai dengan tahun 2004 tercatat 13 emiten obligasi syariah di BES. Sedangkan tahun 2005, menurut Dewan Syariah Nasional (DSN), akan bertambah menjadi 17 emiten obligasi syariah. Hindarmojo berharap hingga akhir tahun 2005, jumlah obligasi syariah yang tercatat di BES bisa mencapai 20 emiten. Semakin banyak emiten obligasi syariah yang tercatat di BES, diharapkan dapat membantu berkembangnya bank-bank syariah dan tumbuhnya perekonomian syariah lebih pesat lagi.

"Kami juga berharap, perkembangan instrumen syariah ini akan diikuti oleh instrumen keuangan lainnya seperti Asset Backed Securities, Mortage Backed Securities, Municipal Bond serta instrumen derivatif seperti REPO, Goverment Bond Index, Interest Rate Futures," papar Hindarmojo.
Kendati jumlahnya kecil, Hindarmojo mengatakan bahwa hal itu sudah merupakan lompatan jauh karena pertumbuhan industri perbankan syariah pun mencapai 80 persen. Mengenai praktik penerbitan obligasi, Hindarmojo mengatakan sejauh ini tak ada masalah. Baik obligasi syariah dengan akad mudharabah maupun ijarah (sewa-menyewa), menurut dia, semua memiliki rating bagus dan diserap oleh pasar.
''Faktanya demand terhadap obligasi syariah tinggi,'' jelasnya.
(sya)