Kamis, 24 Mei 2012

Ketika Sakit Merupakan Nikmat dan Anugerah

Pernah sakit?
Apa yang Anda rasakan?
Senang, gembira, sedih, jengkel, atau…?


Tahukah temen-teman, bahwa sakit yang menimpa kita, penderitaan yang kita alami, kesempitan yang kita rasakan, kesulitan yang menggelisahkan, ... ; merupakan kenikmatan dan anugerah yang diberikan Allah kepada kita?
Yang kenikmatan ini tidak diberikan kepada setiap orang dan setiap saat....
Bagaimana mungkin? Nggak masuk akal ya?
Jangan keburu percaya, jangan tergesa-gesa mempercayai sesuatu sebelum Anda memperoleh penjelasan mengenai hal tersebut!
Simak dulu tulisan berikut:

Ketika sakit menghampiri kita, ada dua hal yang mesti kita ingat:


1. Bahwa sakit yang kita alami ini datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala ''Tiada sesuatupun bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi menyombongkan diri.'' (Al-Hadid:22-23)

2. Bahwa sakit itu baik bagi kita.
Di balik sakit yang kita alami, terdapat hikmah dan faidah yang besar, yang itu baik dan bermanfaat untuk kita. Tentunya apabila ketika sakit itu datang kita hadapi dengan kesabaran. Diantara hikmah dan faidahnya adalah:

a. Diampuni dosa dan kesalahan
''Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah, penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya pengampun dosa-dosanya.'' (HR. Bukhari-Muslim)

''Tidaklah seorang Muslim ditimpa gangguan berupa penyakit dan lain-linnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.'' (Bukhari-Muslim)

b. Ditinggikan derajatnya
''Tidaklah seorang mukmin tertusuk duri atau yang lebih kecil dari duri, melainkan ditetapkan baginya satu derajat dan dihapuskan darinya satu kesalahan.'' (Diriwayatkan Muslim)

Dari Aisyah, dia berkata: ''Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
''Tidaklah seorang Mukmin itu tertimpa penyakit encok sedikit pun, melainkan Allah menghapus darinya satu kesalahan, ditetapkan baginya satu kebaikan dan ditinggalkan baginya satu derajat.'' (Ditakrij Ath-Thabrani dan Al-Hakim. Isnadnya Jayyid)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dia berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
''Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa menghantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa mencobanya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai ke kedudukan itu.'' (Ditakhrij Abu Ya'la, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim; Menurut Syaikh Al-Albany: hadits hasan)

c. Pembuka jalan ke Surga
''Allah Subhanahu berfirman: 'Hai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhaan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhai pahala bagimu selain surga.''' (Ditakhrij Ibnu Majah; Menurut Syaikh Al-Albany: hadits hasan)
Wahai Saudaraku, bukankah sakit merupakan bagian dari musibah?

d. Keselamatan dari api neraka
Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bahwa beliau menjenguk seseorang yang sedang sakit demam, yang disertai Abu Hurairah. lalu beliau bersabda (yang artinya):
 ''Bergembiralah, karena Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Inilah neraka-Ku. Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang mukmin di dunia, agar dia jauh dari neraka pada hari akhirat.'' (Ditakhrij Ahmad, Ibnu Majah, dan AL-Hakim. Menurut Syaikh Albani: isnadnya shahih)

e. Menjadikan kita ingat kepada Allah dan kembali kepada-Nya
Biasanya ketika seseorang dalam keadaan sehat wal afiat, suka tenggelam dalam kenikmatan dan syahwat. Menyibukkan diri dalam urusan dunia dan melalikan Allah, yang tidak jarang terjerumus dalam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ketika Allah mencobanya dengan sakit atau musibah lain, dia akan ingat kepada Allah, bertobat, dan kembali memenuhi hak-hak Allah yang telah dia tinggalkan.

Dari Abdurrahman bin Sa'id, dari bapaknya, dia berkata, ''Aku bersama Salman menjenguk orang yang sedang sakit di Kandah. Tatkala Salman memasuki tempat tinggalnya, dia berkata, ''Bergembiralah, karena sakitnya orang mukmin itu akan dijadikan Allah sebagai penebus dosanya dan penyebab kewaspadaannya. Sedangkan sakitnya orang fajir itu laksana keledai yang diikat pemiliknya, kemudian dia melepaskannya kembali, namun keledai itu tidak tahu mengapa ia diikat dan mengapa ia dilepas.''

Maksudnya, penyakit itu merupakan penebus dosa bagi orang mukmin dan penyebab taubat dan kesadarannya dari kelalaian. Berbeda dengan orang-orang fajir, yang tetap durhaka, tidak terpengaruh oelah penyakitnya dan tidak mua kembali kepada Rabb-nya. Dia tidak tahu kalau penyakit itu menimpa dirinya, agar dia sadar dari kelalaian dan agar kembali kepada kebenaran. Ibaratnya seekor keledai yang dipegang dan diikat, kemudian dilepas kembali, namun ia tidak tahu mengapa ia diikat lalu dilepas lagi.

f. Mengingatkan kepada nikmat yang telah diberikan Allah
Sakit dapat mengingatkan kita terhadap nikmat yang telah Allah berikan ketika kita dalam keadaan sehat, dengan demikian kita semakin bersyukur kepada Allah. Seorang penyair berkata: ''Seseorang tidak mengenal tanda-tanda sehat selagi dia belum tertimpa sakit.''

g. Mengingatkan keadaan orang-orang yang sakit
Allah menimpakan sakit kepada kita agar kita mengingat saudara-saudara kita yang sedang sakit, yang selama ini mereka kita lalaikan, sehingga kita kembali sadar dan terketuk hati kita untuk memenuhi hak-hak sauadara kita yang sedang sakit tersebut, seperti: mengunjunginya, membantu keperluannya, meringankan musibahnya, menghiburnya, membantukan mencarikan obat, mendoakannya, dll.

h. Mensucikan hati dari berbagai penyakit
Keadaan yang sehat bisa mengundang seseorang untuk bersikap sombong, bangga dan taajub kepada diri sendiri, sebab dalam keadaan seperti itu dia bebeas berbuat apa saja. Namun ketika sakit dataang menjenguknya, penderitaan menimpa dirinya, maka jiwanya bisa melunak, sifat-sifat sombong, takabur, dengki, membanggakan diri; dapat menjadi hilang sehingga akhirnya ia tunduk dan pasrah kepada Allah serta tekun beribadah kepada-Nya.

i. Menjadikan kita sabar
Abdul Malik bin Abjar berkata: ''Setiap orang pasti mendapat cobaan afiat, untuk dilihat apakah dia bersyukur, atau mendapat bencana untuk dilihat apakah dia bersabar.''

Wahai Saudaraku!
Bukankah faidah dan hikmah yang kita dapatkan ketika sakit sangat besar? Bukankah itu merupakan kenikmatan dan anugerah? Tidakkah engkau ingin mendapatkannya?
Karena itu, Bersabarlah!
Engkau memperoleh kesempatan memperoleh janji-janji tersebut di atas....jangan sia-siakan kesempatan emas tersebut!

Semakin berat penderitaan, semaikin pahala dilipatkan
Sahabat Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'Anhu berkata: Saya menjenguk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedangkan beliau sedang menahan sakit karena demam, saya berkata: ''Wahai Rasulullah, sungguh engkau kelihatan sedang menahan rasa sakit yang berat?'' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata: ''Benar, sesungguhnya saya sedang menahan sakit sebagaimana dua orang di antara kalian.''
Abdullah berkata: Saya berkata: ''Hal itu karena engkau mendapatkan dua pahala.'' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: ''Benar'', kemudian beliau melanjutkan:
''Tidak ada seorang muslim tertimpa musibah baik itu sakit atau lainnya kecuali Allah menghapus kesalahan-kesalahnnya sebagaimana pohon menjatuhkan daunnya.'' (HR. Bukhari-Muslim)

Hadits di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menetapkan bahwa apabila penyakit bertambah berat maka pahalanya dilipatgandakan dan pelipatgandaan ini terus meningkat sampai terhapusnya kesalahan-kesalahan semuanya. Dengan kata lain beliau berkata: Beratnya penyakit mengangkat derajat, menghapuskan kejelekan-kejelekan tanpa tersisa.

Apabila kita memahami hal ini, yaitu rasa sakit atau musibah lainnya dapat menghapus dosa kita dan mengangkat derajat kita; maka hendaklah kita bersabar dan ridho terhadap hal tersebut agar kita mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar:
''Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.'' (Ali Imran:146)
''Sesungguhnya hanya kepada orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'' (Az-Zumar:10)
''Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan): 'Keselamatan atas kesabaranmu.' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.'' (ar-Raad: 23-24)

Apakah ini bukan suatu kemuliaan? Bukankah ini merupakan derajat yang tinggi?
Tidakkah kita menginginkan sakit yang kita alami menjadi suatu kenikmatan dan anugerah yang besar?
Jangan biarkan semua janji-janji tersebut...hilang begitu saja....
Jangan biarkan...kesempatan sudah ada di depan mata, namun kita tak sanggup meraihnya....
Klo hal ini terjadi pada kita... Innalillahi wa inna ilaihi raji'un....
tak ada kata lain yang pantas..selain: Saya mendapat musibah besar karena tidak mampu memanfaatkan kesempatan emas dengan adanya musibah yang ada pada saya...

Jika kamu tidak mengetahui maka itu adalah musibah, jika kamu mengetahuinya maka musibahnya lebih besar lagi....
Jika kamu tidak tahu bahwa di balik sakit ada kenikmatan yang besar, ada janji-janji Allah yang menggiurkan...itu adalah suatu musibah;
Jika kamu mengetahui hal ini (keutamaan-keutamaan sakit jika bersabar) namun luput dari memperoleh janji-janji Allah ini ..., maka ini adalah musibah yang sangat besar.

''Sungguh unik perkara orang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur dan jika ia mendapat ujian ia bersabar, maka (hal itu) merupakan kebaikan baginya.'' (HR.Muslim)

Semoga bermanfaat, Allahu A'lam.

Sumber Utama:
 -Tuhfatul Maridh, Abdullah bin Ali Al-Ju'aitsin, Edisi Indonesia: Hiburan bagi Orang yang Sakit, Penerjemah: Kathur Suhardi. Penerbit: Putaka Al-Kautsar, Jakarta.
Sumber Pendukung:
 -Tasliyatu Ahlil Masha'ib, Muhammad bin Muhammad Al-Manjabi Al-Hambali. Edisi Indonesia: Hiburan Bagi Orang yang Tertimpa Musibah. Penerjemah: Abu Umar Basyir. Penerbit: Darul Haq, Jakarta
 -Tuhfatun Nisaa', Abu Maryam Majdi Fathi As-Sayyid. Edisi Indonesia: Bingkisan Istimewa bagi Muslimah. Penerjemah: Izzudin Karimi, Lc. Penerbit: Darul Haq, Jakarta
 -Catatan-catatan pribadi, dan sumber-sumber yang tidak terikat

Berhentilah, Sejenak saja...

 Waktu memang tak pernah berhenti berjalan, meski manusia di dalamnya tak bergerak sekali pun. Beruntunglah orang-orang yang selalu mengisi kehidupannya dengan berbagai macam kegiatan dan amalan. Semangat dan tekad yang kuat di dalam hati memang mampu membuat manusia bergerak layaknya air yang mengalir,terus bergerak mengikuti arus.

Ketika kita yakin bahwa hidup ini cuma sekali dan dunialah tempat kita menempa amal, mempersiapkan bekal yang terbaik sebelum akhirnya memasuki akhirat yang kekal, maka sepatutnya kita paham bahwa tak ada waktu yang boleh disia-siakan. Begitu banyak yang bisa dan harus kita kerjakan. Bahkan terkadang kita merasa bahwa waktu 24 jam yang diberikan masih kurang jika harus dibagi untuk mengerjakan amanah pekerjaan, kuliah, dakwah, keluarga, dan mengurusi diri sendiri.

Berlomba-lombalah dalam mengerjakan kebaikan, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Tapi terkadang ketika kita begitu sibuk mengerjakan amanah, ada hal-hal yang kita abaikan. Saudaraku, cobalah bertanya pada diri sendiri. Jujurlah pada nurani. Sudahkah hak-hak diri kita tunaikan? Apakah ibadah kita tetap terjaga? Atau justru tilawah semakin berkurang dan malam demi malam selalu terlewatkan tanpa sempat sujud meski hanya dua rakaat di sepertiga malam?

Ibarat orang yang sedang melakukan perjalanan jauh, maka sesekali perlu berhenti untuk beristirahat atau mengisi bahan bakar kendaraan. Seperti itulah layaknya kita. Ketika bergerak, harus ada waktu dimana kita mengisi kekuatan, menenangkan pikiran, baru kemudian bergerak lagi. Rasakanlah betapa kosongnya hati ketika salat kita tak lagi khusyuk (bahkan terburu-buru), tilawah kita tak pernah mencapai target, Dhuha tak sempat dilakukan, dan akhirnya malam hanya meninggalkan lelah yang amat sangat. Apakah itu yang kita rasakan saat ini?

Jika iya, maka berhentilah sejenak. Sejenak saja... tanyalah pada diri, sudah sejauh mana kita tidak lagi tawazun (seimbang) pada diri? Saudaraku, benahilah kembali hak-hak diri dan orang lain yang selama ini mengkin terabaikan. Shalatlah sambil mengingat dosa-dosa yang mungkin sering kita lakukan tanpa kita sadari. Perbanyak doa agar kita selalu diberi kekuatan dan kesabaran. Bacalah Al-quran sambil merenungkan maknanya. Kerjakan amalan sunnah yang selama ini mungkin jarang sekali tersentuh.

Beruntunglah orang yang melakukan tasbih (shalat) ketika manusia sedang tertidur.
Ia pendam keinginannya diantara tulang rusuknya (dadanya).
Dalam suasana yang diliputi ketenangan yang khusyu.
Berdzikir kepada Allah sedang air matanya mengalir.
Kelak air matanya itu di kemudian hari akan menjadi pelita.
Guna menerangi jalan yang ditempuhnya di hari perhimpunan.
Seraya bersujud kepada Allah di penghujung malam.
Kembalilah kepada Allah dengan hati yang khusyu.
Dan berdoalah kepada-Nya dengan mata yang menangis.
Niscaya Dia akan menyambutmu dengan pemaafan yang luas.
Dan Dia akan menggantikan semua keburukanmu itu.
Dengan kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu tanpa habis-habisnya.
Semua pemaafan itu diberikan bagi hamba yang kembali pada-Nya.
Sebagai karunia yang berlimpah dari Pencipta alam semesta.
Bagi orang-orang yang segera bertaubat kepada-Nya

(gubahan Walid)

Berhenti sejenak bukan berarti lantas mematahkan langkah dan menghambat tujuan. Justru kita harus berhenti sejenak untuk mengisi kekuatan kita dan melihat apa saja yang telah kita lakukan. Karena kita adalah manusia, bukan batu karang yang tetap berdiri meski diterjang ombak. Karena kita adalah manusia, bukan gunung tinggi yang tetap kokoh meski diterpa angin kencang.
***

Rabu, 23 Mei 2012

Al Miski, Pemuda Yang Allah Karuniakan Wangi Kesturi

Semoga kisah pemuda ini bisa menjadi bahan renungan kita bersama .seorang pemuda yang shalih yang meninggalkan kemaksiatan karena takutnya kepada Allah padahal telah datang kepadanya waktu dan kesempatan . Sehingga Allah pun tidak menyia-nyiakan pengorbanannya dan menggantikannya dengan yang lebih baik dan lebih mulia.Inilah dia kisahnya.

Ada seorang pemuda yang pekerjaannya menjual kain.Setiap hari dia memikul kain-kain dagangannya dan berkeliling dari rumah ke rumah.Pemuda ini memiliki wajah yang sangat tampan dan bertubuh tegap sehingga setiap orang yang melihatnya pasti mmenyukainya.

Pada suatu hari ketika ia sedang menawarkan barang dagangannya,tiba-tiba ada seorang wanita yang melihatnya.Begitu melihat pemuda tersebut wanita itupun terpesona dan dia mempersilahkan pemuda tersebut masuk kedalam rumahnya.Timbullah rasa cinta yang begitu besar dalam hati wanita tersebut. lalu si wanita itu berkata:''Aku memang memanggilmu tidak untuk membeli daganganmu, tetapi aku memanggilmu karena kecintaanku kepadamu.dan dirumah ini sekarang sedang kosong''.Selanjutnya wanita tersebut membujuk dan merayunya agar mau berbuat ''sesuatu'' dengan dirinya.Pemuda itu menolak, bahkan dia mengingatkan si wanita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan menakut-nakutinya dengan adzab yang pedih disisi-Nya.Tetapi sayang nasihat itu tidak membuatnya takut bahkan semakin bertambah hasratnya pada pemuda tersebut.Akhirnya, karena si pemuda itu tidak mau melakukan yang haram, maka wanita itu mengancamnya dengan berkata:''Bila engkau tidak mau menuruti perintahku, aku akan berteriak kepada semua orang dan akan aku katakan kepada mereka, bahwa engkau telah mmasuk kedalam rumahku dan ingin merenggut kesucianku.

Dan mereka akan mempercayaiku karena engkau telah berada dalam rumahku, dan sama sekali tidak mencurigaiku'' Setelah sipemuda itu melihat betapa si wanita itu terlalu memaksanya untuk mengikuti keinginannya berbuat dosa akhirnya dia berkata:''Baiklah, tapi apakah engkau mengizinkanku untuk kekamar mandi agar bisa membersihkan diri dulu?'' Betapa gembiranya wanita itu mendengar jawaban ini, dia mengira bahwa keinginannya sebentar lagi akan terpenuhi.Dengan penuh semangat dia mmenjawab:Bagaimana tidak, wahai kekasihku, ini adalah sebuah ide yang bagus''
kemudian masuklah si pemuda ke kamar manid, sementara tubuhnya gemetar karena takut dirinya akan terjerumus dalam kubangan maksiat.Sebab, wanita itu adalah perangkap setan dan tidak ada seorang laki-laki yang menyendiri bersama seorang wanita kecuali setan akan menjadi pihak ketiga.''Ya, Allah apa yang harus kuperbuat? berilah aku petunjuk-Mu, Wahai Zat yang dapat memberi petunjuk bagi orang-orang yang sedang kebingungan''.Tiba-tiba timbullah ide dalam benaknya.''Aku tahu benar, bahwa termasuk salah satu kelompok yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan saat itu kecuali naungan-Nya adalah seorang laki-laki yang diajak berbuat mesum oleh wanita yang mempunyai kedudukan tinggi dan berwajah cantik''.
Kemudian dia berkata''Aku takut kepada Allah''Dan aku yakin bahwa orang yang meninggalkan sesuatu karena takut kepada-Nya pasti akan mendapat ganti yang lebih baik...dan seringkali satu keinginan syahwat itu akan melahirkan penyesalan seumur hidup...Apa yang akan aku dapatka dari perbuatan maksiat ini selain Allah akan mengangkat cahaya dan nikmatnya iman dari hatiku...tidak..tidak..aku tidak akan mengerjakan perbuatan yang haram...tapi apa yang harus aku lakukan?apakah aku harus melemparkan diri dari jendela ini?tidak bisa,jendela ini tertutup rapat sekali, kalau begitu aku akan mengolesi tubuhku dengan kotoran yang ada di WC ini, dengan harapan bila nanti dia melihatku dalam keadaan begini dia akan jijik dan membiarkan aku pergi''.Ternyata memang benar, ia mengerjakan ide tersebut,dia mulai mengolesi tubuhnya dengan kotoran -kotoran itu.Memang menjijikan, sambil menangis dia berkata''YA, Rabbi, perasaan takutku kepada-Mu itulah yang mendorongku melakukan hal ini.Karena itu karunikanlah kepadaku kebaikan sebagai gantinya.''Kemudian ia keluar, tatkala wanita itu melihat pemuda tersebut dlam keadaan demikian, si wanita itu berteriak:''Keluar kau, hai orang gila!''Dia pun cepat-cepat keluar sambil membawa barang dagangannya .sementara orang-orang dijalan tertawa melihatnya.Setibanya dirumah ia bernafas lega.Lalu menanggalkan pakaiannya,mandi dengan sebersih-bersihnya.

Kemudian apa yang terjadi??Adakah Allah akan membiarkan hamba-Nya begitu saja?Ternyata setelah ia selesai dari mandi Allah memberikan karunia yang besar untuk dirinya.Allah memberikan untuknya aroma yang harum semerbak yang tercium dari tubuhnya.Semua orang dapat mencium aroma tersebut dari jarak beberapa meter.Sampai akhirnya ia mendapat julukan ''AL-MISKI''(yang harum seperti kesturi).Subhanallah,Allah telah mengganti bau kotoran yang dapat hilang dengan sekejap dengan aroma kesturi yang tercium sepenjang masa.Ketika ia meninggal dan dikuburkan, mereka tulis diatas kuburannya''inilah kuburan Al-Miski'' dan banyak orang yang menziarahinya.

Pembaca yang dirahmati Allah,...segala sesuatu yang engkau tinggalkan, pasti ada ganjarannya.Begitupula larangan yang datang dari Allah , bila engkau tinggalkan akan ada ganjaran sebagai penggantinya''
Allah akan memberikan ganti yang besar untuk sebuah pengorbanan yang kecil.Allahu akbar!!!
Manakah orang yang mau meninggalkan maksiat dan taat kepada Allah sehingga mereka berhak mendapatkan ganti yang besar untuk pengorbanan kecil yang mereka berikan:? tidakkah mereka mau menyambut seruan Allah, seruan Rasulullah dan seruan fitrah yang suci???

sumber :
Kisah-kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, tabiin,Orang-orang Dahulu dan Sekarang,Syaikh Ibrahim AlHazimi,Darul Haq,Jakarta

Hukum Shalat Berjamaah Bagi Wanita

 PADA artikel sebelumnya telah diterangkan tentang masalah wajibnya shalat berjamaah di masjid. Dalam keterangan tersebut, sekilas nampak bahwa shalat jamaah seakan-akan diwajibkan bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Padahal tidaklah demikian, karena di dalamnya terdapat beberapa perkecualian dan kekhususan.

Di antara kekhususan itu adalah tidak diwajibkannya shalat jamaah bagi wanita. Hal itu sesuai dengan Ijma(kesepakatan) ulama. Adapun dibolehkannya mereka ikut serta dalam shalat berjamaah, bukan berarti merupakan kewajiban bagi mereka sebagaimana yang telah dikatakan oleh Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah: "Permasalahan wajib hadimya shalat berjamaah (di Masjid, peny.), tidak mengharuskan bagi wanita untuk menghadirinya. Dalam perkara ini tidak terdapat ikhtilaf di antara para ulama."

Imam Nawawi juga berkata: "Berkata shahabat shahabat kami: Shalat berjamaah bukanlah fardlu ‘ain dan bukan pula fardlu kifayah pada haq wanita, tetapi hanya sunnah saja bagi mereka." Sebaliknya wanita dianjurkan untuk shalat di runahnya karena fadlilah (keutamaan)nya lebih besar dibandingkan dengan shalat berjamaah dj masjid. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda kepada para wanita:

Shalat salah seorang di antara kalian di makhda (kamar kecil yang berada di dalam rumah yang besar dan berguna untuk menjaga barang-barang mahal dan berharga) lebih~ utama daripada shalat di kamamnya. Shalat di kamamya lebih utama daripada shalat di rumahnya. Shalat di rumahnya lebih utama daripada shalat di masjid kaumnya dan shalat di masiid kaumnya lebih utama daripada mereka shalat bersamaku (masiidku). (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya; dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin AI-AIbani di dalam Jilbab Marah~Muslimah, hal. I55)

Mengomentari hadits di atas, Syaikh Albani hafidhahullah berkata: "Hadits tersebut tidak bertentangan dengan hadits riwayat Imam Muslim yang berbunyi: Shalat di masjidku lebih utama seribu shalat dibandingkan dengan shalat di masjid-masjid yang

lainnya. Hadits ini tidak menafikan bahwa shalat-shalat mereka (para wanita) di rumahnya lebih utama bagi mereka, sebagaimana tidak dinafikannya pula keutamaan shalat sunnah di rumah bagi laki-laki dibandingkan dengan jika dilakukan di masjid. Akan tetapi jika dia (laki-laki) shalat di salah satu masjid yang tiga (Mekah, Madinah dan Aqsha), maka mereka mendapat keutamaan-keutamaan dan kekhususan-kekhususan· Demikian pula halnya bagi wanita."

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama daripada shalar dikamarnya. Dan shalamya dimahdanya lebih utama daripada shalar di rumahnya. (HR. Abu Dawud, hadirs no. 566 dan berRarn SyaiWt Nashiruddin AI-Albnni di dalam Misykatul MasFabih hal. 1063: "Sanadnya shahih atas syarat Muslim. Diriwayatkanpula oleh Imam Hakim dan berkata: "Sanadnya atas syarat Bukhari dan Muslim dan Adz-Dzahabi menyetujuinya ")

Beliau shallalahu alaihi wa sallam bersabda:

Sebaik-baik masjid bagi wanila adalah di dalam rumah-rumah mereka. (HR. Ahmad (6/301), Ibnu Khuraimah (3/92) dan Baihaqi (3A31~

Dari riwayat-riwayat di atas, para ulama mengambil istimbat hukum bahwa shalat wanita di dalam rumahnya lebih utama daripada shalat di masjid. Mustafa Al-Adawi di dalam kitab Ahkamu An-Nisa hal. 299, berkata -setelah memaparkan hadits-hadits ini: "Hadits ini adalah tambahan dari sanad yang menjelaskan bahwa shalat wanita di rumahnya lebih utama daripada shalat di masjid." (lihat Shahih Ibnu Khwnimph (3/96) dan Sunan AI-Baihaqi Al-Kubra (3/ 132)). Beliau (Mustafa) menambahkan: "Sesungguhnya hadits-hadits yang menunjukkan bahwa shalat wanita di rumahnya Lebih utama dari shalat mereka di masjid itu adalah shahih dengan terkumpulnya sanad-sanad hadits tersebut."

Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Shahabat-shahabat kami berkata: Shalat wanita di suatu tempat di dalam rumahnya yang lebih tertutup adalah lebih afdal, karena terdapat hadits dari Abdullah bin Masud radhjallahu mthu bahwasanya Rasulullah shaNaNahu alaihi wa sallam bersabda:

"Shalat wanita di rumahnya lebih utama daripada shalat di kamamya dan shalat di mahdanya lebih utama daripada di rumahnya." (HR. Abu Dawud dnnsanadnya shahih atas syarat Muslim, lihat Synrh Muslim, 2/73)

Demikianlah perkataan Imam Nawawi rahimahullah yang menyatakan bahwa yang lebih afdlal bagi wanita adalah shalat di rumahnya dengan alasan lebih tertutup dan lebih aman dari fitnah. Masih banyak lagi paa ulama lainnya yang menyatakan demikian. Di antaranya Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah. Beliau berkata ketika men-syarah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud-: "Shalat wanita di rumahnya", maksudnya karena kesempuinaan hijab. Dan keutamaan shalat di rumah bagi wanita karena di bangun atas dasar ini."

Beliau Obnul Qayyim) menjelaskan pula tentang lafadz riwayat "Rumah mereka lebih utama bagi mereka". Maksudnya adalah shalat-shalat mereka (wanita) di rumahnya itu Lebih utama bagi mereka dibandingkan dengan shalatnya di masjid. jika mereka mengetahui yang demikian (pastilah mereka tidak meminta untuk keluar masjid). Akan tetapi karena mereka tidak mengetahuinya, maka mereka (shahabiyah) meminta izin untuk keluar ke masjid dengan berkeyakinan bahwa pahalanya lebih banyak daripada shalat di rumahnya. Keutamaan yang lain adalah aman dari fitnah, (hal itu) didukung dengan adanya perbuatan yang dilakukan para wanita (yakni tabarruj, ikhtilath [bercampurnya antara laki-laki dan perempuan], memakai wangi-wangian dan lain-lain).

Dalam hadits lain riwayat Ibnu Masud radhiyaIlahu anhu secara morfudisebutkan:

Sebaik-baik masjid bagi wanita adalah ruma rumah mereka. (HR Ahmad. 6/301, IbnuKhuzaimah 3/29, dan Baihaqi 3/131)

Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata: "Allah tidak menerima shalat wanita yang sudah haidl (baligh), kecuali jika ia memakai kerudung walaupun di dalam rumahnya dan tidak ada orang-orang asing (bukan mahram) yang melihatnya. Hal itu menunjukkan diperintahkan menutup aurat dari sudut syariat yang tidak diperintahkan kepada laki-laki. Yang demikian diwajibkan oleh Allah atas mereka, walaupun dia tidak dilihat oleh seorang pun." Allah berfirman:

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (Al-Ahzab: 33)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Janganlah kalian mencegah hamba-hamba Allah (wanita) ke masiid, meskipun rumah-rumah mereka adalah lebih baik bagi mereka. (HR Bukhari no. 900) Juga sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam (yang artinya): "Shalat salah seorang di antara kalian (para wanita) di mahda-nya lebih utama daripada shalat di kamarnya. Shalat di kamarnya lebih utama daripada shalat di rumahnya Shalat di rumahnya lebih utama daripada shalat di masjid kaumnya dan shalat di masjid kaumnya lebih urama daripada shalat bersamaku (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya; dihasankan oleh SyaiRh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Jilbab Marah Muslimah, hal. 155)

Imam Syaukani rahimahullah berkata: "Shalat mereka (wanita) di rumahnya adalah lebih balk dan utama daripada shalat di masjid jika mereka mengetahui yang demikian. Akan tetapi, karena mereka tidak mengetahuinya, mereka meminta izin untuk keluar ber-

jamaah. Mereka berkeyakinan bahwa pahala shalat di masjid lebih banyak. Keutamaan yang lainnya adalah bahwa shalat-shalat mereka di rumahnya lebih aman dari fitnah. Yang menekankan demikian ini karena adanya pebuatan yang diadakan oleh wanita seperti tabarruj (berdandan) atau bersolek, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Aisyah radhiyallahu anha. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin hafidhahullah berkata: "Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Rumah-rumah mereka lebih utama bagi mereka. Hadits ini memberikan pengertian bahwa shalat wanita di rumahnya lebih utama. Jika mereka (para wanita) berkata: "Aku ingin shalat di masjid agar dapat berjamaah." Maka akan aku (syaikh Utsaimin) katakan: "Sesungguhnya shalatmu di rumahmu itu lebih utama dan lebih baik. Hat itu dikarenakan seorang wanita akan terjauh dari ikhtilath bersama lelaki lain, sehingga akan dapat menjauhkannya dari fitnah. Dari keterangan di atas telah jelas bagi kita keutamaan shalat wanita di rumahnya. Walaupun begitu mungkin akan timbul dalam benak kita suatu pertanyaan: "Manakah yang lebih utama, wanita shalat di rumahnya dengan berjamaah atau shalat sendiri. Dan apakah shalat jamaahnya akan mendapatkan seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (yakni lebih utama 27 derajat)?" Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu kita melihat syarah hadits "Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendiri dengan dunpuluh lima (dalam riwayar lain dengan duapuluh tujuh) derajat. " Apakah hadits tersebut bersifat umum bagi laki-laki dan wanita?

Imam Ibnu Hajar Asqalani dalam Fathul Bari, juz 2 ha1.157, mengatakan tentang kekhususan keutamaan shalat berjamaah dengan membawakan keterangan para ulama yang mensyarah hadits tersebut. Seperti Ibnu Qattan dan para pensyarah lain yang dikomentari oleh At-Zain bin Al-Mundzir dan yang lain secara terperinci. Beliau (Ibnu Hajar) berkata: "Sungguh aku menganggap benar pendapat mereka yang sesuai dengan keadaan shalat berjamaah dan menolak yang tidak dikhususkan bagi shalat berjamaaah seperti:

Memenuhi panggilan adzan.
Segera datang pada awal waktu.
Berjalan ke mesjid dengan tenang.
Masuk ke masjid dengan berdoa.
Shalat Tahiyatul masjid.
Menanti jamaah.
Shalawat dan doa malaikat baginya.
Persaksian malaikat baginya.
Memenuhi iqamah.
Keselamatan dari gangguan setan ketika setan lari dari suara iqamah.
Berdiri menunggu takbir pertama imam atau mengikuti semua perbuatan imam.
Mendapatkan takbiratul ihram.
Meratakan dan meluruskan shaf-shaf
Menjawab imam ketika mengucapkan sami’allahu liman hamidah.
Aman dari lupa secara dominan dan mengingatkan imam ketika lupa dengan bacaan tasbih.
Mendapatkan rasa khusyu dan selamat dari kesia-siaan.
Memperbaiki sikap.
Kerumunan malaikat di sisinya.
Memperbaiki tajwid bacaan Al-Quran.
Menampakkan syiar Islam.
21.Menimbulkan kemarahan setan dengan berkumpul dalam beribadah dan saling tolong-menolong dalam ketaatan dan sebagai penyemangat orang-orang yang malas.
Selamat dari sifat nifaq dan menghilangkan prasangka buruk dari yang lain karena meninggalkan shalat.
Menjawab salam imam.
24. Mengambil manfaat dengan berkumputnya doa mereka serta saling melengkapi.
25. Menegakkan aturan persatuan antar sesama jamaah dan mendapatkan perhatian mereka pada waktu shalat.
Ke-25 hal itu semua diperintahkan dan disemangatkan." (Farhul Barijuz 2 hal. 157) Dengan keterangan di atas dijelaskan bahwa semua hadits yang menunjukkan keutamaan shalat berjamaah adalah berkaitan dengan shalat jamaah di masjid dan tidak di rumah.

Oleh karena itu perlu dipertanyakan pernyataan Syaikh Musthafa Al-Adawi dan Abu Muhammad bin Hazm di bawah ini yang menyatakan bahwa hadits di atas menunjukkan keutamaan shalat jamaah mencakup laki-laki dan wanita.

Syaikh Musthafa al-Adawi berpendapat:
Shalat wanita dengan berjamaah di masjid lebih utama daripada shalatnya sendiri di masjid.
Shalat wanita dengan berjamaah di rumahnya lebih balk daripada shalat sendirian di rumahnya.
Beliau berkata: "Kedua point di atas termuat dalam keumuman hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: "Shalat jamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat." Demikian pula dengan shalat jamaah wanita di rumahnya, sebagaimana terdapat dalam kisah Anas. Beliau (Anas) shalat bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan di belakangnya terdapat wanita yang sudah tua. Juga telah tsabit (pasti) bahwa sebagian istri-istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam shalat berjama ah di rumah mereka. Jika tidak terdapat suatu keutamaan, maka hal ini tidak akan dilaksanakan oleh para wanita (shahabiyah) di jaman Rasulullah shaNaNahu alaihi wa sallam".

Oleh karena itu harus kita katakan bahwa shalat wanita di rumahnya sendiri lebih utama dibandingkan dengan shalatnya di masjid secara berjamaah. Hal ini karena masuk dalam keumuman hadits Rasulullah shoIlallahu alaihi wa sallam: Shalat wanita di rumahnya lebih balk (utama) daripada sbalatnya di masjid. Adapun jika dia (wanita) keluar dari rumabnya ke rumah wanita lain untuk shalat bersamanya, maka hal ini -wallahu alam- lebih berkurang pahalanya daripada sbalatnya di masjid. Karena keluamya wanita sudah terwujudkan, sehingga tinggal keutamaan masjid dan menyaksikan kebaikan bersama kaum muslimin itu lebih utama daripada (shalat)di rnmab wanita yang lain. wallahu alam." Demikianlah keterangan dari Syaikh Musthafa Al-Adawi.

Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah berkata: "Jika para wanita shalat dengan berjamaah dan mengimami salah satunya, maka hal ini adalah hasan (baik) karena tidak ada nash yang melarang dari perbuatan yang demikian itu. Dan tidak pula sebagian mereka memutus shalat sebagian yang tainnya disebabkan sabda Rasulnllah shallallahu alaihi wa sallam: Sebaik-baik shaf bagi wanita adatah yang paling akhir. Beliau (Ibnu Hazm) berkata pula: "Shalat wanita dengan wanita yang lain, bahkan masuk ke dalam perkataan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam: Sesungguhnya shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat. Shalat mereka dengan berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian." Para ulama berselisih dalam masalah shalat

seorang wanita bersama wanita-wanita lain secara berjamaah. Ada yang mengatakan mustahab (sunnah) berdasarkan riwayat Aisyah dan Ummu Salamah. Yang berpendapat seperti ini adalah Atha, Ats-Tsauri, Auza i, Syafii, Ishaq dan Abu Tsaur. Ada yang mengatakan bukan sunnah seperti Imam Ahmad. Ada pula yang mengatakan makruh seperti Ashabur Rayi. Sedangkan Asy-Syabi, An-Nakhai dan Qatadah menyatakan bahwa hal ini (shalat berjamaah bagi wanita) dilakukan pada shalat sunnah bukan shalat wajib. Sulaiman bin Yasar mengatakan bahwa wanita tidak boleh mengimami pada shalat wajib maupun sunnah. Imam Malik mengatakan bahwa tidak pantas bagi wanita untuk mengimami seorang pun. Yang demikian karena dimakruhkan adzan baginya yaitu panggilan untuk shalat berjamaah, maka dimakruhkan pula baginya sesuatu yang dimaksudkan oleh adzan. (AI-Mughni, jilidt. ha1.17)

Syaikh Al-Albani mengomentari hadits Aisyah dan Ummu Salamah yang mengimami para wanita dalam shalat (hadits tersebut menurut beliau sanadnya shahih) dengan perkataan beliau sebagai berikut: "Atsar-atsar ini baik untuk diamalkan, lebih-lebih jika dihubungkan dengan keumuman sabda Rasulullah bahwa para wanita itu serupa lelaki . Namun penyamaan ini dalam hal berjamaah bukan dalam keutamaan yang dua puluh lima atau dua puluh tujuh derajat." Kemudian tentang pernyataan AI-Adawi: "Jika lidak terdapat suatu keutamaan, maka hal ini tidak akan dijalankan oleh para shahabiyah dijaman Rasulullah," masih perlu dipertanyakan. Karena tidak setiap perbuatan yang dilaksanakan oleh shahabiyah adalah sesuatu yang afdlal, bahkan terkadang mereka pun meninggalkan perkara yang afdlal. Hal ini terbukti denganjelas ketika para shahabiyah pergi ke mesjid untuk shalat berjamaah, padahal Rasulullah telah bersabda: "Sebaik-baik mesjid bagi wanita adalah di dalam rumah-rumah mereka."

Dari keterangan-keterangan di atas, maka keutamaan dua puluh lima dan dua puluh tujuh derajat itu khusus untuk shalat jamaah yang dilakukan di masjid ,sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar: "Bahkan yang paling jelas adalah bahwa derajat yang disebutkan itu khusus bagi jamaah di masjid" (Fathul Bari, juz 2, hal. 159). Beliau juga menerangkan bahwa derajat itu diperoleh dengan dua puluh lima keunggulan yang telah disebutkan yang semua itu diambil dari hadits (artinya): DanAbuHuraairah radliyallahu anhu, ia berkata bahwa Rosulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda: "Shalat seseorangdengan berjama ah dilipatgandakan atas shalatnva di rumahnya dan dipasar dengan dua puluh lima lipat. Hal ini dia peroleh apabila ia berwudlu. lalu menyempurnakan wudlunya kemudian keluar menuju masiid. Tidak mengeluarkannya kecuali untuk shalat. Maka tidaklah ia melangkahkan satu langkah, kecuali diangkat baginya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan dan tatkala dia shalat para malaikat terus menerus mengucapkan shalawat atasnya selama dia di tempat shalatya dengan doa: Ya Allah, berilah shalawat atasnya. rahmatilah dia. Terus-menerus salah seorang di antara kalian dalam keadaan shalat selama menunggu shalat. " (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan keterangan-keterangan di atas, maka shalat jamaah wanita di rumahnya tidak termasuk dalam keutamaan itu (dua puluh lima atau dua puluh tujuh derajat), tetapi mereka mempunyai keutamaan tersendiri yaitu shalat seorang wanita di rumahnya dengan berjamaah atau tidak berjamaah lebih utama dari pada shalatnya di masjid. Wallahu a lam bishawab

Diperbolehkaonya Wanita Shalat Berjamash di Masjid dan Laraogan Mencegahnya

Keutamaan shalat wanita di dalam rumahnya sebagaimana telah dijelaskan di atas tidak menafikan bolehnya para wanita shalat berjamaah di masjid. Bahkan mengharuskan bagi wali atau suami untuk tidak melarang mereka jika hendak shalat berjamaah di masjid, tentunya dengan syarat.

Telah menjadi ijma (kesepakatan) para ulama bahwa Rasulullah shallallahu aiaihi wa sallam tidak mencegah sama sekali para wanita untuk shalat berjamaah di masjid bersama beliau sampai wafatnya. Demikian pula para khulafa Ar-Rasyidin sesudah beliau shallallahu alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Apabila salah satu wanita di antara kalian meminta izin ke masiid, maka janganlah kalian cegah mereka. (HR Murlim, 442 dan Nasai. 2/42; Musthafa al-Adawi menshahihkannya)

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, RasuluIlah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Janganlah kalion melarang hamba (para wanita) Allah ke masjid-masjid Allah· "(HR. Bukhari, no. 900) Juga dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Janganlah kalian mencegah wanita-wanitn kalian ke masiid. Sedangkan rumah-rumah mereka lebih baik untuk mereka.(HR. Abu Dawud; dishahihRan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud: 576 dan dalam Misykatul Mashabih: 1062)

Menyoroti hadits-hadits di atas, Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Hadits ini dan yang semisalnya (menjelaskan) dengan jelas sekali bahwa wanita tidak dilarang pergi ke masjid. Akan tetapi dengan syarat-syarat yang telah disebutkan oleh para ulama yang diambil dari hadits-hadits yaitu:

Tidak memakai wangi-wangian,
Tidak tabarruj, Tidak memakai gelang kaki yang dapat terdengar suaranya,
Tidak memakai baju yang mewah,
Tidak berikhtilat dengan kaum laki-laki dan bukan gadis yang dengannya dapat menimbulkan fitnah,
Tidak terdapat sesuatu yang dapat menimbulkan kenrsakan di jalan yang akan dilewati.
Adapun larangan tidak bolehnya wanita keluar ke masjid untuk shalat jamaah hukumnya makruh. Apabila dia sudah mempunyai suami atau tuan rumah dan terpenuhi syarat-syarat yang disebutkan tadi, maka diperbolehkan. Namun jika dia belum/tidak mempunyai suami atau tuan, maka hal ini dilarang meskipun telah terpenuhi syarat-syarat di atas.

Ibnu Hazm rahimahullah berkata: "Tidak halal bagi wali perempuan dan tidak pula bagi tuan budak untuk mencegah wanita hadir shalat berjamaah di masjid, apabila diketahui bahwa mereka ingin melakukannya. Tidak halal bagi mereka (para wanita) untuk keluar dalam keadaan berwangi-wangian, berpakaian mewah (yang merangsang). Jika mereka melakukan yang demikian, maka laranglah."

Ibnu Katsir rahimahullah dalam menafsirkan

surat Al-Ahzab ayat 33: "dan hendaklah kamu tetap di rumahmu."maksudnya adalah tetaplah kalian (wahai para wanita) di rumah-rumah kalian dan janganlah keluar, kecuali jika ada hajat (keperluan). Di antara hajat-hajat yang syari adalah shalat di masjid dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana sabda Rasulullah shallallnhu alaihi wa sallam: Janganlah kalian mencegah hamba-hamba (para wanita) Allah ke masjid-masjid Allah dan hendaklah keluar dengan tanpa wangi-wangian. Dalam riwayat lain rumah mereka lebih baik bagi mereka.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin baaz berkata: "Tidak diperbolehkan bagi sang suami untuk mencegah istrinya yang hendak ke masjid, namun shalatnya (istri) lebih utama di rumahmya. Wajib atasnya menjaga adab-adab Islam yaitu mengenakan pakaian yang menutupi auratya, menjauhi pakaian-pakaian yang mewah dan pakaian yang memperlihatkan auratnya karena sempit, tidak memakai wangi-wanglandan tidak ikhtilat dengan laki-laki lain pada shaf tapi di belakang shaf mereka. Sungguh telah ada wanita-wanita pada zaman RasuluIlah shallallahu alaihi wa sallam keluar ke masjid dengan mengenakan jilbab-jilbab dan shalat di belakang kaum laki-laki. Telah tsabit dari Rasulullah shallallahu alaihi wn sallam bahwasanya beliau bersabda:Janganlah kalian mencegah hamba-hamba (para wanita) Allah ke Masjid Allah. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda pula: Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depan dan sejelek-jeleknya adalah yang paling belakang. Sedangkan sebaik-baik shaf bagi wanita adalah yang paling belakang dan sejelek-jeleknya adalah yang paling depan."(Fatawa, 7/236) Inilah syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh para ulama yang disyariatkan kepada para wanita yang ingin ke baitullah laala. Syarat-syarat ini diambil dari hadits Rasulullah shnllallahu alaihi wa sallam, di antaranya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Wanita mana saja yang memakai wamgi-wangian, maka janganlah menghadiri shalat Isya yang akhir bersama kami (H.R Muslim: 4/162, Abu Dawud 4175, Nasai: 7/153 dan Miskatul Mashabih: 106; berkata Abu Maryam di dalam AI-Manhiyyat Al- Usyri li An-Nisa :hadits Shahih)

Zainab Ats-Tsaqafiyah mengabarkan bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Apabila salah satu di antara kalian menghadiri shalat Isya : makajanganlah berwangi-wangian pada malam itu. (HR Muslim 3/163, Nasa i. 7/154 dan Baihaqi di dalam Sunannya AI-Kubra 3/133)

Di dalam riwayat yang lain:
Apabila salah satu di antara kalian, menghadiri masjid, maka janganlah mengenakan wangi-wangian.(HR Muslim: 4/163, Ibnu Khuzoimah 1680, dan Baihaqi 3/ 439)

Dari Abu Hurairah radhivallnhu anhu, is berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Wanita mana saja yang berwangi-wangian, kemudian keluar ke masjid, maka tidak diterima shalatya sampai ia mandi: Dalam riwayat lain: "Apabila seorang wanita

keluar ke masjid, maka mandilah dari wangi-wangian sebagaimana mandinya dari junub. " (HR. Abu Dawud: 4174, Ibnu Majah: 4002, Baihaqi: 3/133 dan di dalam Miskatul Mashabih: 1084; Berkata Abu Maryam Majdi: hadits hasan)

Dari hadits-hadits di atas, para ulama menetapkan syarat-syarat bagi wanita yang ingin shalat di masjid. Abu Maryam Majdi berkata: "Pada hadits-hadits tersebut terdapat pengharamam berwangi-wangian bagi wanita yang ingin keluar ke masjid karena terdapat unsur penggerak dan pengundang syahwat kaum lakilaki".

Ibnu Daqig Al-Idd berkata: "Disamakan dengan wangi-wangian sesuatu yang semakna dengannya, karena sebab larangannya adalah terdapat sesuatu yang menggerakkan dan mengundang syahwat seperti: pakaian yang mewah, dandanan yang tampak bekasnya dan gerak-gerik dengan kebanggaan.

Dari keterangan-keterangan di atas jelas dan terang bagi kita tentang bolehnya wanita pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat bejamaah tatkala sudah terpenuhi syarat-syaratriya,

Terakhir kali, kita kutip perkataan Musthafa Al Adawi yang menyatakan: "Apabila wanita meminta izin pada malam atau siang hari diizinkan baginya. Namun jika fitnahnya lebih sedikit, maka pemberian izin diperbolehkan. Wallahu a’lam

Oleh sebab itu, sudah seharusnya para wanita muslimah memperhatikan hal-hal yang telah disebutkan di atas. Wallahu,a lam bis shawab.

Maraji’:

Ahammiyatus Shalatil Jamaah.
Ahkamun Nisa karya Musthafa Al-Adawi.
AI-Manhiyyatu Li Isyrin-Nisa karya Abu Maryam Majdi.
Aunul MabudSyarh Sunon Abv Dawud.
Fatawa oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baaz.
Jilbab A-Mar ah Al-Muslimah oleh Syaikh Nashiruddin AI-Albani.
Majmu’atu Durusil Fatawa oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.
Nailul Author karya Imam Syaukani.
Syarah Muslim oleh Imam Nawawi.
Tafsir lbnu Katsir

74 Wasiat Untuk Para Pemuda

Segala puji bagi Allah yang berfirman:“Dan sungguh Kami telah memerintahkan orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (An-Nisa’: 131)

Serta shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya Muhammad yang bersabda:
“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah , serta agar kalian mendengar dan patuh.”
Dan takwa kepada Allah adalah mentaati-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Wa ba’du:

Berikut ini adalah wasiat islami yang berharga dalam berbagai aspek seperti ibadah, muamalah, akhlak, adab dan yang lainnya dari sendi-sendi kehidupan. Kami persembahkan wasiat ini sebagai peringatan kepada para pemuda muslim yang senantiasa bersemangat mencari apa yang bermanfaat baginya, dan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan hal ini bermanfaat bagi orang yang membacanya ataupun mendengarkannya. Dan agar memberikan pahala yang besar bagi penyusunnya, penulisnya, yang menyebarkannya ataupun yang mengamalkannya. Cukuplah bagi kita Allah sebaik-baik tempat bergantung.

1. Ikhlaskanlah niat kepada Allah dan hati-hatilah dari riya’ baik dalam perkataan ataupun perbuatan.

2. Ikutilah sunnah Nabi dalam semua perkataan, perbuatan, dan akhlak.

3. Bertaqwalah kepada Allah dan ber’azamlah untuk melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

4. Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nashuha dan perbanyaklah istighfar.

5. Ingatlah bahwa Allah senatiasa mengawasi gerak-gerikmu. Dan ketahuilah bahwa Allah melihatmu, mendengarmu dan mengetahui apa yang terbersit di hatimu.

6. Berimanlah kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir serta qadar yang baik ataupun yang buruk.

7. Janganlah engkau taqlid (mengekor) kepada orang lain dengan buta (tanpa memilih dan memilah mana yang baik dan yang buruk serta mana yang sesuai dengan sunnah/syari’at dan mana yang tidak). Dan janganlah engkau termasuk orang yang tidak punya pendirian.

8. Jadilah engkau sebagai orang pertama dalam mengamalkan kebaikan karena engkau akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikuti/mencontohmu dalam mengamalkannya.

9. Peganglah kitab Riyadlush Shalihin, bacalah olehmu dan bacakan pula kepada keluargamu, demikian juga kitab Zaadul Ma’ad oleh Ibnul Qayyim.

10. Jagalah selalu wudlu’mu dan perbaharuilah. Dan jadilah engkau senantiasa dalam keadaan suci dari hadats dan najis.

11. Jagalah selalu shalat di awal waktu dan berjamaah di masjid terlebih lagi sahalat ‘Isya dan Fajr (shubuh).

12. Janganlah memakan makanan yang mempunyai bau yang tidak enak seperti bawang putih dan bawang merah. Dan janganlah merokok agar tidak membahayakan dirimu dan kaum muslimin.

13. Jagalah selalu shalat berjamaah agar engkau mendapat kemenangan dengan pahala yang ada pada shalat berjamaah tersebut.

14. Tunaikanlah zakat yang telah diwajibkan dan janganlah engkau bakhil kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

15. Bersegeralah berangkat untuk shalat Jumat dan janganlah berlambat-lambat sampai setelah adzan kedua karena engkau akan berdosa.

16. Puasalah di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah agar Allah mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu ataupun yang akan datang.

17. Hati-hatilah dari berbuka di siang hari di bulan Ramadhan tanpa udzur syar’i sebab engkau akan berdosa karenanya.

18. Tegakkanlah shalat malam (tarawih) di bulan Ramadhan terlebih-lebih pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah agar engkau mendapatkan ampunan atas dosa-dosamu yang telah lalu.

19. Bersegeralah untuk haji dan umrah ke Baitullah Al-Haram jika engkau termasuk orang yang mampu dan janganlah menunda-nunda.

20. Bacalah Al-Qur’an dengan mentadaburi maknanya. Laksanakanlah perintahnya dan jauhi larangannya agar Al-Qur’an itu menjadi hujjah bagimu di sisi rabmu dan menjadi penolongmu di hari qiyamat.

21. Senantiasalah memperbanyak dzikir kepada Allah baik perlahan-lahan ataupun dikeraskan, apakah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring. Dan hati-hatilah engkau dari kelalaian.

22. Hadirilah majelis-majelis dzikir karena majelis dzikir termasuk taman surga.

23. Tundukkan pandanganmu dari aurat dan hal-hal yang diharamkan dan hati-hatilah engkau dari mengumbar pandangan, karena pandangan itu merupakan anak panah beracun dari anak panah Iblis.

24. Janganlah engkau panjangkan pakaianmu melebihi mata kaki dan janganlah engkau berjalan dengan kesombongan/keangkuhan.

25. Janganlah engkau memakai pakaian sutra dan emas karena keduanya diharamkan bagi laki-laki.

26. Janganlah engkau menyeruapai wanita dan janganlah engkau biarkan wanita-wanitamu menyerupai laki-laki.

27. Biarkanlah janggutmu karena Rasulullah: “Cukurlah kumis dan panjangkanlah janggut.” (HR. Bukhari Dan Muslim)

28. Janganlah engkau makan kecuali yang halal dan janganlah engkau minum kecuali yang halal agar doamu diijabah.

29. Ucapkanlah "bismillah" ketika engkau hendak makan dan minum dan ucapkanlah "alhamdulillah" apabila engkau telah selesai.

30. Makanlah dengan tangan kanan, minumlah dengan tangan kanan, ambillah dengan tangan kanan dan berilah dengan tangan kanan.

31. Hati-hatilah dari berbuat kezhaliman karena kezhaliman itu merupakan kegelapan di hari kiamat.

32. Janganlah engkau bergaul kecuali dengan orang mukmin dan janganlah dia memakan makananmu kecuali engkau dalam keadaan bertaqwa (dengan ridla dan memilihkan makanan yang halal untuknya).

33. Hati-hatilah dari suap-menyuap (kolusi), baik itu memberi suap, menerima suap ataupun perantaranya, karena pelakunya terlaknat.

34. Janganlah engkau mencari keridlaan manusia dengan kemurkaan Allah karena Allah akan murka kepadamu.

35. Ta’atilah pemerintah dalam semua perintah yang sesuai dengan syari’at dan doakanlah kebaikan untuk mereka.

36. Hati-hatilah dari bersaksi palsu dan menyembunyikan persaksian.

“Barangsiapa yang menyembunyikan persaksiannya maka hatinya berdosa. Dan Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al-Baqarah: 283)
37. “Dan ber amar ma’ruf nahi munkarlah serta shabarlah dengan apa yang menimpamu.” (Luqman: 17)
Ma’ruf adalah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya , dan munkar adalah apa-apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.

38. Tinggalkanlah semua hal yang diharamkan baik yang kecil ataupun yang besar dan janganlah engkau bermaksiat kepada Allah dan janganlah membantu seorangpun dalam bermaksiat kepada-Nya.

39. Janganlah engkau dekati zina. Allah berfirman: “Janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah kekejian dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra’:32)

40. Wajib bagimu berbakti kepada orang tua dan hati-hatilah dari mendurhakainya.

41. Wajib bagimua untuk silaturahim dan hati-hatilah dari memutuskan hubungan silaturahim.

42. Berbuat baiklah kepada tetanggamu dan janganlah menyakitinya. Dan apabila dia menyakitimu maka bersabarlah.

43. Perbanyaklah mengunjungi orang-orang shalih dan saudaramu di jalan Allah.

44. Cintalah karena Allah dan bencilah juga karena Allah karena hal itu merupakan tali keimanan yang paling kuat.

45. Wajib bagimu untuk duduk bermajelis dengan orang shalih dan hati-hatilah dari bermajelis dengan orang-orang yang jelek.

46. Bersegeralah untuk memenuhi hajat (kebutuhan) kaum muslimin dan buatlah mereka bahagia.

47. Berhiaslah dengan kelemahlembutan, sabar dan teliti. Hatilah-hatilah dari sifat keras, kasar dan tergesa-gesa.

48. Janganlah memotong pembicaraan orang lain dan jadilah engkau pendengar yang baik.

49. Sebarkanlah salam kepada orang yang engkau kenal ataupun tidak engkau kenal.

50. Ucapkanlah salam yang disunahkan yaitu "assalamualaikum" dan tidak cukup hanya dengan isyarat telapak tangan atau kepala saja.

51. Janganlah mencela seorangpun dan mensifatinya dengan kejelekan.

52. Janganlah melaknat seorangpun termasuk hewan dan benda mati.

53. Hati-hatilah dari menuduh dan mencoreng kehormatan oarng lain karena hal itu termasuk dosa yang paling besar.

54. Hati-hatilah dari namimah (mengadu domba), yakni menyampaikan perkataan di antara manusia dengan maksud agar terjadi kerusakan di antara mereka.

55. Hati-hatilah dari ghibah, yakni engkau menceritakan tentang saudaramu apa-apa yang dia benci jika mengetahuinya.

56. Janganlah engkau mengagetkan, menakuti dan menyakiti sesama muslim.

57. Wajib bagimu melakukan ishlah (perdamaian) di antara manusia karena hal itu merupakan amalan yang paling utama.

58. Katakanlah hal-hal yang baik, jika tidak maka diamlah.

59. Jadilah engkau orang yang jujur dan janganlah berdusta karena dusta akan mengantarkan kepada dosa dan dosa mengantarakan kepada neraka.

60. Janganlah engkau bermuka dua. Datang kepada sekelompok dengan satu wajah dan kepada kelompok lain dengan wajah yang lain.

61. Janganlah bersumpah dengan selain Allah dan janganlah banyak bersumpah meskipun engkau benar.

62. Janganlah menghina orang lain karena tidak ada keutamaan atas seorangpun kecuali dengan taqwa.

63. Janganlah mendatang dukun, ahli nujum serta tukang sihir dan jangan membenarkan (perkataan) mereka.

64. Janganlah menggambar gambar manuasia dan binatang. Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah tukang gambar.

65. Janganlah menyimpan gambar makhluk yang bernyawa di rumahmu karena akan menghalangi malaikat untuk masuk ke rumahmu.

66. Tasymitkanlah orang yang bersin dengan membaca: "yarhamukallah" apabila dia mengucapkan: "alhamdulillah"

67. Jauhilah bersiul dan tepuk tangan.

68. Bersegeralah untuk bertaubat dari segala dosa dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan karena kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan hati-hatilah dari menunda-nunda.

69. Berharaplah selalu akan ampunan Allah serta rahmat-Nya dan berbaik sangkalah kepada Allah .

70. Takutlah kepada adzab Allah dan janganlah merasa aman darinya.

71. Bersabarlah dari segala mushibah yang menimpa dan bersyukurlah dengan segala kenikamatan yang ada.

72. Perbanyaklah melakukan amal shalih yang pahalanya terus mengalir meskipun engkau telah mati, seperti membangun masjid dan menyebarakan ilmu.

73. Mohonlah surga kepada Allah dan berlindunglah dari nereka.

74. Perbanyaklah mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah.
Shalawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepadanya sampai hari kiamat juga kepada keluarganya dan seluruh shahabatnya.

(Diterjemahkan dari buletin berjudul 75 Washiyyah li Asy-Syabab terbitan Daarul Qashim Riyadl-KSA oleh Abu Abdurrahman Umar Munawwir)

Ketulusan dalam Kesederhanaan

Perempuan tua itu tampak bermenung, menunggui kios bensinnya yang sepi ketika seorang pemuda keren dan trendi menghampiri sambil menuntun motornya. Setelah bercakap-cakap sejenak, si ibu mengambil jerigen bensinnya dan mengisi tangki motor pemuda itu. Gratis! Tanpa bayar.
Seorang sopir delman memarkir delmannya di pinggir jalan dan melompat turun. Dengan sigap dia memanjat pohon tempat dua biji balon tersangkut dan mengambilnya. Seorang nenek dan cucunya yang tidak ia kenal samasekali, menungguinya di bawah.
***

Anda seperti pernah melihat fragmen di atas? Mungkin saja. Karena cerita tersebut saya ambil dari tayangan sebuah reality show di salah satu stasiun televisi. Saat menonton fragmen yang pertama, saya dan teman nonton saya pun berandai-andai, apa kira-kira yang akan kami lakukan jika kami ada dalam posisi si perempuan tua. Mungkin kami akan memandangi si pemuda keren dari atas sampai bawah, kemudian bertanya, "Kok bisa cowok sekeren ini tidak punya uang?" Jika dia menjawab lupa, kami mungkin akan kembali beralasan, "Kalo lupa tidak bawa uang, cari akal dong supaya bisa tetep beli bensin. Jual sepatu kek atau apa!"

Setelah itu kami berdua tertawa getir, mentertawakan diri sendiri. Kami memproklamirkan diri sebagai muslimah kaffah, yang 'semestinya' lebih baik dari orang kebanyakan. Namun ternyata 'kelebihan' yang kami miliki tidak membuat kami lebih tulus. Paradigma dan ilmu yang ada membuat kami melakukan penyaringan, bukan hanya terhadap keburukan, tetapi juga ketika hendak melakukan kebaikan. Melihat dulu alasannya, untuk apa dan mengapa kami harus dan tidak harus melakukan sesuatu, bahkan ketika sesuatu itu adalah menolong orang lain yang tampak sedang dalam kesulitan.

Kemudian kami membandingkan sikap kami dengan mereka yang dalam tayangan itu menolak permintaan tolong itu karena berbagai alasan. Seorang gadis menolak mengantar ibu tua ke seberang jalan karena dia sedang tergesa-gesa dan tidak searah dengan si ibu. Seorang pemuda menolak meniupkan balon bagi sesosok bocah kecil karena ia mengatakan sedang puasa, takut tidak kuat. Banyak laki-laki bersedia menolong seorang wanita muda cantik mengangkatkan barangnya, (coba saya tebak alasannya: karena perempuan itu cantik!) sementara seorang wanita paro baya harus berkali-kali menerima penolakan atas permintaan tolongnya, karena dia tidak memiliki 'nilai tambah' bagi penolongnya. Meski mungkin alasannya berbeda secara moral, namun pada kenyataannya kami juga mungkin akan melakukan seleksi dan berpikir-pikir ketika hendak memberikan pertolongan.

Lantas? Tak selalu salah mengambil keputusan berbuat baik pada orang lain pada alasan tertentu, namun fragmen-fragmen itu memberi banyak pelajaran bahwa menolong orang lain kadang tidak perlu bertanya mengapa mesti menolong. Pekerjaan menolong itu kadang perlu dilakukan 'hanya' karena ada yang sedang membutuhkan pertolongan sementara kita ingin dan bisa menolong. Betapapun sederhana cara berpikir dan keseluruhan hidup orang-orang 'biasa' itu, mereka memiliki ketulusan yang luar biasa.
***

Seorang laki-laki dengan kaki cacat dan mata buta sebelah, mengayuh gerobak khususnya dengan tangan, berkeliling menjual minyak tanah. Ketika seorang nenek dengan kompor di tangan minta minyak yang menjadi sandaran hidupnya itu untuk memasak, ia tanpa banyak kata memberi dengan senyum terukir di wajahnya. Bahkan ketika si nenek juga minta tolong ia membenahi sumbu kompor dan menutupkan kembali, ia pun mengerjakannya tanpa tampak keberatan sedikit pun.

Seorang nenek penjual duren di pinggir jalan dengan dagangan duren yang hanya beberapa buah. Seorang bapak dengan pakaian guru menawar hendak membeli durennya dan mengaku hanya punya uang lima ribu sedang harga duren itu puluhan ribu. Dengan ringan dia melepas benda jualannya itu, bahkan memberikan yang terbaik kepada si bapak. Padahal duren itu adalah satu-satunya sarana ia mengais rejeki dengan modal cukup besar dan untung tak seberapa.

Seorang kakek tua dengan senang hati mengantar perempuan hamil tua ke rumah sakit tanpa bayar, padahal jalanan menanjak dan jarak yang ditempuh cukup jauh.

Seorang...
Dan fragmen-fragmen lain pun tertayang, memberikan pelajaran berharga bagi siapa pun yang berkehendak mengambilnya.

Hukum Mencium Mushaf Al Qur'an

Setelah selesai membaca Al-qur\'an (mengaji) kawan saya menutup mushafnya kemudian dengan khusyu\' diciumnya mushaf itu, bukan hanya sekali saya melihatnya ia berbuat demikian bahkan sering. Sedangkan kawan saya yang lain tanpa sengaja menjatuhkan mushaf Al-qur\'an lalu dengan sigap diambilnya mushaf Al-Qur\'an tersebut kemudian di ciumnya.

Pemandangan yang sering terjadi dan mungkin juga ukhti jumpai, pernah saya menanyakannya kepada kawan saya itu, mengapa anda melakukannya ya ukhti? beliau menjawab bahwa itu adalah untuk memuliakan Al-Qur\'an.

Pada saat itu saya pun merenung...hmm... untuk memuliakan Al-qur\'an? rasa penasaran ingin mengetahui dalilnya apakah memang ada contohnya dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam atau setidaknya adakah sahabat beliau yang melakukannya menuntun saya untuk mencari sumbernya hingga akhirnya Alhamdulillah saya menemukan jawabannya lewat buku kecil yang isinya sarat dengan ilmu. Inilah dia jawabannya

Pertanyaan :Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya :  Apa hukumnya mencium mushaf Al-Qur\'an yang sering dilakukan oleh sebagian kaum muslimin ?

Jawaban:Kami yakin perbuatan seperti ini masuk dalam keumuman hadits-hadits tentang bid\'ah. Diantaranya hadits yang sangat terkenal.
\'\'Artinya : Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara (ibadah) yang diada-adakan, sebab semua ibadah yang diada-adakan (yang tidak ada contohnya dari Rasul) adalah bid\'ah, dan semua bid\'ah adalah sesat\'\'  \r\n[Shahih Targhib wa Tarhib 1/92/34]Dalam hadits lain disebutkan.
\'\'Artinya : Dan semua yang sesat tempatnya di neraka\'\'  [Shalat Tarawih hal. 75]Banyak orang yang berpendapat bahwa mencium mushaf adalah merupakan perbuatan yang bertujuan untuk menghormati dan memuliakan Al-Qur\'an. Betul ...!, kami sependapat bahwa itu sebagai penghormatan terhadap Al-Qur\'an. Tapi yang menjadi masalah : Apakah penghormatan terhadap Al-Qur\'an dengan cara seperti itu dibenarkan .?

Seandainya mencium mushaf itu baik dan benar, tentu sudah dilakukan oleh orang yang paling tahu tentang kebaikan dan kebenaran, yaitu Rasulullah ? dan para sahabat, sebagaimana kaidah yang dipegang oleh para ulama salaf.
\'\'Artinya : Seandainya suatu perkara itu baik, niscaya mereka (para sahabat Rasul Shallallahu \'alaihi wa sallam) telah lebih dulu melakukannya\'\'Itulah patokan kami.

Pandangan berikutnya adalah, \'\'Apakah hukum asal mencium mushaf itu boleh atau dilarang?\'\' Ada sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang sangat pantas untuk kita renungkan. Dari hadits ini insya Allah kita bisa tahu betapa kaum muslimin hari ini sangat jauh berbeda dengan para pendahulu mereka (salafush shalih) dalam hal memahami agama dan dalam menyikapi perkara-perkara ibadah yang tidak dicontohkan oleh Rasul Shallallahu \'alaihi wa sallam.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh \'Abis bin Rabi\'ah, dia berkata : \'\'Aku melihat Umar bin Kahthtab Radhiyallahu ;anhu mencium Hajar Aswad dan berkata.
\'\'Artinya : Sungguh aku tahu engkau adalah batu yang tidak bisa memberi mudharat dan tidak bisa memberi manfaat. Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah mencium engkau, maka aku tidak akan menciummu\'\'  \r\n[Shahih Targhib wa Tarhib 1/94/41]Disebutkan dalam hadits lain bahwa.
\'\'Artinya : Hajar Aswad adalah batu dari surga\'\'  [Shahihul Jaami\' No. 3174]Yang jadi masalah ... kenapa Umar Radhiyallahu anhu mencium Hajar Aswad ? Apakah karena Hajar Aswad tersebut berasal dari tempat yang mulia yaitu surga ? Ternyata tidak, Umar mencium batu tersebut bukan karena kemuliaan batu tersebut dan bukan karena menghormatinya tetapi Umar mencium karena dia mengikuti sunnah Rasul Shallallahu \'alaihi wa sallam (Lihatlah .... betapa Umar Radhiyallahu \'anhu lebih mendahulukan dalil dengan mencontoh kepada Rasul Shallallahu \'alaihi wa sallam daripada mendahulukan akalnya. Dan demikian sifat dan sikap semua para sahabat, -pent-).

Lalu sekarang ... bolehkan kita mencium mushaf Al-Qur\'an dengan alasan untuk menghormati dan memuliakan-Nya sementara tidak ada dalil bahwa Rasulullah Shallallahu \'alaihi wa sallam dan para sahabat mencium mushaf ? Kalau cara beragama kita mengikuti para sahabat, tentu kita tidak akan mau mencium mushaf itu karena perbuatan tersebut tidak ada dalilnya \r\n(tidak ada contoh dari Rasul Shallallahu \'alaihi wa sallam). Tapi kalau cara \r\nberagama kita mengikuti selera dan akal kita serta hawa nafsu, maka kita akan \r\nberani melakukan apa saja yang penting masuk akal.

Contoh kedua adalah ketika Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu \'anhuma bersepakat untuk mengumpulkan Al-Qur\'an dalam satu mushaf. Lalu mereka berdua menyerahkan \r\ntugas ini kepada Zaid bin Tsabit. Bagaimana komentar dan sikap Zaid ? Dia \r\nberkata, \'\'Bagaimana kalian akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan \r\noleh Rasulullah Shallallahu \'alaihi wa sallam ?\'\' Begitulah para sahabat \r\nsemuanya selalu melihat contoh dari Rasul Shallallahu \'alaihi wa sallam dalam \r\nsemua urusan agama mereka. Sayang sekali semangat seperti ini tidak dimiliki \r\noleh sebagian besar kaum muslimin hari ini.

Rasulullah Shallallahu \'alaihi wa sallam adalah orang yang paling berhak dan paling tahu bagaimana cara memuliakan Al-Qur\'an. Tapi beliau tak pernah mencium Al-Qur\'an. Sebagian orang jahil  mengatakan, \'\'Kenapa mencium mushaf tidak boleh dengan alasan tidak ada contoh dari \r\nRasul? Kalau begitu kita tidak boleh naik mobil, naik pesawat, dan lain-lain, \r\nkarena tidak ada contohnya dari Rasul ...?\'\'Ketahuilah bahwa bid\'ah yang sesat (yang tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu \'alaihi wa sallam) hanya ada dalam masalah agama. Adapun masalah dunia, hukum asalnya semuanya mubah (boleh), \r\nkecuali yang dilarang oleh Allah dan Rasul Shallallahu \'alaihi wa sallam.

Maka seorang yang naik pesawat dalam rangka menunaikan ibadah haji ke Baitullah adalah boleh, walaupun naik pesawat untuk pergi haji itu belum pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu \'alaihi wa sallam. Yang tidak boleh adalah naik pesawat untuk pergi haji ke Negeri Barat. Ini jelas bid\'ah, karena haji itu \r\nmasalah agama yang harus mencontoh Rasul Shallallahu \'alahi wa sallam di dalam \r\npelaksanaannya, yaitu dilaksanakan di Makkah dan tidak boleh di tempat lain.Maka perkara ibadah adalah semua perkara yang dilakukan dengan tujuan ber-taqarrub (mendekatkan diri ) kepada Allah dan kita tidak boleh ber-taqarrub kepada Allah kecuali dengan \r\nsesuatu yang telah disyariatkan oleh Allah.

Untuk memahami dan menguatkan hadits, \'\'Setiap bid\'ah adalah sesat\'\', ada sebuah kaidah yang datang dari para ulama salaf.
\'\'Artinya : Jika bid\'ah sudah merajalela, maka sunnah pasti akan mati\'\'Dengan mata kepala saya sendiri saya melihat dan merasakan kebenaran kaidah tersebut, katika bid\'ah-bid\'ah sudah banyak dilakukan orang dalam \r\nberbagai macam keadaan.Orang-orang yang berilmu dan mempunyai banyak keutamaan tidak pernah mencium mushaf ketika mereka mengambilnya untuk dibaca, padahal mereka adalah orang-orang yang selalu mengamalkan isi Al-Qur\'an. Sementara orang-orang awam yang kerjanya mencium mushaf, hampir semua dari mereka adalah orang-orang \r\nyang perilakunya jauh dan menyimpang dari isi Al-Qur\'an.

Demikianlah orang-orang yang melaksanakan sunnah, dia akan jauh dari bid\'ah. Sebaliknya orang-orang yang melakukan bid\'ah, dia pasti akan jauh dari sunnah. Maka tepat sekali kaidah di atas : \'\'Jika bid\'ah sudah \r\nmerajalela, sunnah pasti akan mati\'\'.Ada contoh lain lagi. Di beberapa tempat, banyak orang yang sengaja berdiri ketika mereka mendengar adzan.Padahal di antara mereka ini adalah orang-orang fasik yang \r\nselalu berbuat maksiat.

Ketika mereka ditanya : \'\'Kenapa Anda berdiri ?\'\' Jawab \r\nmereka : \'\'Untuk mengagungkan Allah\'\'. Begitulah cara mereka mengagungkan Allah \r\ndengan cara yang salah, kemudian setelah itu mereka tidak pergi ke masjid untuk \r\nshalat berjama\'ah tetapi malah kembali bermain kartu atau catur, dan mereka \r\nmerasa telah mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta\'ala.Dari mana ceritanya sampai \r\nmereka berbuat demikian? Jawabannya adalah dari sebuah hadits plasu, bahkan \r\nhadits yang tidak ada asal-usulnya, yaitu.
\'\'Artinya : Jika kalian mendengar adzan, maka berdirilah\'\'  [Adh-Dhaifah No. 711]Sebetulnya hadits tersebut ada asalnya, tetapi isinya telah diubah oleh sebagian rawi (periwayat) pembohong dan rawi-rawi yang lemah hapalannya.  Kata \'\'berdirilah\'\' dalam hadits tersebut sebenarnya aslinya adalah \'\'ucapkanlah\'\'.
Jadi yang sebenarnya hadits tersebut berbunyi:
\'\'Artinya : Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah (seperti lafadz adzan tersebut)\'\'  [Shahih Muslim No. \r\n184]Demikialah, syetan menjadikan bid\'ah itu indah dan baik di mata manusia. Dengan melakukan bid\'ah-bid\'ah tersebut,  orang-orang merasa telah menjadi seorang mukmin yang mengagungkan syiar-syiar Allah, dengan cara mencium mushaf atau berdiri ketika mendengar \r\nadzan.Akan tetapi kenyataannya mereka adalah orang-orang yang pengamalannya jauh \r\ndari Al-Qur\'an. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang meninggalkan shalat. \r\nKalau toh di antara mereka ada yang shalat, mereka masih makan barang haram, \r\nmakan hasil riba atau memberi nafkah (keluarganya) dari hasil riba, atau menjadi \r\nperantara riba, dan perbuatan lain yang berbau maksiat.

Oleh karena itu tidak boleh tidak, kita harus membatasi \r\ndiri kita dalam ketaatan dan peribadatan kepada Allah hanya dengan sesuatu yang \r\ntelah disyariatkan oleh Allah. Jangan kita tambah-tambah syariat Allah tersebut, \r\nwalaupun satu huruf. Sebab Rasulullah Shallallahu \'alaihi wa sallam telah \r\nbersabda.
\'\'Artinya : Apapun yang Allah perintahkan kepada kalian, semuanya telah aku sampaikan. Dan apapun yang Allah larang, semuanya telah aku sampaikan\'\'  [Ash-Shahihah No. 1803]Coba tanyakan kepada orang-orang yang suka mencium mushaf dan suka berdiri ketika mendengar adzan : \'\'Apakah anda lakukan semua ini dalam rangka beribadah untuk ber-taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah)?\'\' Kalau mereka bilang : \'\'Ya\'\' Maka katakan kepada mereka : Tunjukkan kepada kami dalil dari Rasulullah Shallallahu \'alaihi wa sallam!\'\' Kalau mereka tidak bisa menunjukkan dalil, maka katakan bahwa perbuatan itu adalah bid\'ah, dan semua bid\'ah adalah sesat, dan semua sesat pasti di neraka.Mungkin diantara kita ada yang \r\nmengatakan bahwa hal ini adalah masalah yang sangat ringan dan sepele.

Pantaskah \r\nmasalah sekecil ini dikatakan sesat dan pelakunya akan masuk neraka ?\'\'
Kalimat yang berbau syubhat ini telah dibantah oleh Imam Syatibi : \'\'Sekecil apapun bid\'ah itu, dia tetap sesat. Jangan kita melihat bid\'ah itu hanya wujud bid\'ahnya saja (seperti mencium mushaf, berdiri ketika mendengar adzan, ushollii, adzan untuk mayit, dan seterusnya -pent-), tetapi mari kita lihat, mau dikemanakan perbuatan-perbuatan bid\'ah yang menurut kita kecil \r\ndan sepele itu?Ternyata perbuatan ini akan dimassukkan ke dalam sesuatu yang \r\nbesar, agung, mulia dan sempurna yaitu ajaran Islam yang datangnya dari Allah \r\ndan Rasul-Nya Shallallahu \'alaihi wa sallam. Seolah-olah ajaran Allah dan Rasul-Nya Shallallahu \'alaihi wa sallam itu belum begitu baik dan belum begitu sempurna sehingga masih perlu diperbaiki dan disempurnakan dengan bid\'ah-bid\'ah tersebut. Dari sini sangat pantas kalau bid\'ah itu dinilai sebagai perbuatan sesat.

Disalin kitab Kaifa Yajibu \'Alaina Annufasirral Qur\'anal Karim, edisi Indonesia Tanya Jawab Dalam Memahami Isi Al-Qur\'an, Penulis Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, terbitan Pustaka At-Tauhid, penerjemah Abu Abdul Aziz

Sabtu, 19 Mei 2012

SMS DO'A

Misteri Kekuatan Do'a

Hari Sabtu, Dunia Fantasi. Saya berdua sahabat perempuan saya baru saja turun dari wahana perahu ayun bernama Kora-Kora. Tiba-tiba saya merasa sangat pusing dan mual. â€Å“Hei…hei…hei…what’s this?’ seru saya dalam hati pada diri sendiri. Lucu rasanya, padahal setahun sebelumnya saya sudah mencoba wahana ini dan baik-baik saja. Bahkan tadi, saya jauh lebih menikmatinya alih-laih ketakutan seperti beberapa pengunjung lain yang mencoba wahana yang sama.

Tapi mungkin sebenarnya saya memang tidak tahan terhadap hal-hal seperti ini, atau barangkali karena tadi pagi tidak sarapan dengan baik. Atau mungkin, bandana yang saya kenakan agar rambut tidak menyelip keluar jilbab terlalu kuat, sehingga menghambat peredaran darah ke kepala. Apa pun itu, yang pasti isi perut saya makin tidak kompromi. â€Å“Kayaknya kita perlu istirahat, deh. Kepalaku pusing,” usul saya kepada si sahabat. â€Å“Sekalian shalat dhuhur.”

Teman saya mengangguk dan kami pun berjalan menuju mushalla. Di perjalanan, kami menemukan sebuah counter es krim. Haha! â€Å“Bagaimana kalau kita beli es krim dulu?” Kami pun sepakat membeli es krim dan kemudian menikmatinya sambil menonton orang-orang yang menaiki wahana kicir-kicir (seperti tangan raksasa yang jari-jarinya akan membolak-balikkan orang-orang yang ‘dicengkeramnya’), wahana yang menurut saya paling menantang dan saya bahkan tidak berani mencobanya.

Istirahat dan makan es krim ternyata belum membuat saya merasa lebih baik. Padahal biasanya es krim adalah makanan yang paling dapat meredakan stress saya atau kondisi fisik yang kurang sehat. Saat berjalan menuju tempat wudhu, saya merasa desakan dalam perut makin kuat. Sambil berusaha tetap tenang saya menuju kamar mandi dan mengeluarkan sebagian isi perut di sana. Cukup lama sebelum saya merasa cukup nyaman. Setelah mengambil air wudhu, saya menuju mushalla. Teman yang sudah selesai shalat dzuhur menatap saya dengan pandangan bertanya-tanya.

â€Å“Maaf, agak lama. Aku perlu mengeluarkan isi perutku dulu,” kata saya sambil nyengir.
â€Å“Are you ok? You look pale. Mbak mau kita pulang sekarang? Apa perlu ke dokter? Minum obat?” berondongnya panik.

â€Å“Not that bad. It’s ok. I’m fine,” saya menenangkannya sambil tetap nyengir. â€Å“Istirahat, minum dan makan yang segar-segar cukuplah,” kata saya lagi sambil menunjuk buah apel dan pir bekal kami dari rumah.

â€Å“Oh, baik kalau begitu,” katanya sambil mengeluarkan ponsel. â€Å“Aku akan sms teman-teman agar mengirimkan doa untukmu agar cepat sembuh,” ucapnya serius. Dia langsung sibuk mengetik di layar HP-nya.

Saya hanya memandangnya heran. Meminta teman-teman mengirim doa? Tidakkah itu terlalu berlebihan? Saya hanya merasa pusing dan mual sedikit, dan saya terbiasa mengalami hal tersebut jika menaiki kendaraan tertentu atau apa saja yang berayun dan berputar. Istirahat sejenak akan membuat saya sembuh. Tapi saya membiarkan saja dia mengirim sms pada teman-temannya.

Tak berapa lama kemudian, untaian doa-doa kesembuhan yang dikirim lewat sms datang beruntun. Bahkan ada yang menelepon. Menyembuhkan atau tidak, tapi saya senang mendapat banyak sms dan telepon doa. Tapi beberapa saat kemudian saya takjub. Saya merasa tiba-tiba jauh lebih baik. ”That’s how prayer works!” kata teman saya seraya tersenyum.
***

Kejadian itu mengingatkan saya pada sesuatu. Sms do̢۪a berantai dari teman-teman. Biasanya berisi doa untuk Palestina dan doa-doa untuk kaum muslim yang tengah dilanda bencana. Tapi selama ini, sms berantai itu hanya berhenti pada saya karena saya tak pernah meneruskannya. Menurut saya sms itu tidak terlalu penting bagi saya. Karena saya memang akan berdoa dengan atau tanpa sms itu. Maka saya juga tidak pernah meneruskan sms itu pada yang lainnya. Saya tahu bahwa doa adalah senjata terbesar kaum muslim, tetapi saya tak pernah terlalu berpikir bahwa menyebar dan meneruskan sms doa itu akan berarti banyak.

Namun, kejadian hari itu memberi saya jawaban logis bahwa sms itu memang benar berarti banyak. Tentu bukan smsnya yang kemudian menjadi kekuatan doa, namun sms itu telah menjadi sarana pemberitahuan, penggalangan doa terhadap banyak orang. Mungkin saja, orang lupa mendoakan orang lain jika tidak dingatkan. Atau bahkan tidak tahu jika tidak diberitahu Dan sms doa itu minimal akan mengingatkannya untuk berdoa, bahkan sekaligus memberikan tuntunan doa.

Dapat dibayangkan, kalau saja setiap orang yang dikirimi sms doa langsung mengamalkannya dan menyebarkannya kembali pada orang lain, berapa banyak doa yang terangkat ke langit pada waktu bersamaan? Maka InsyaAllah, itu benar-benar akan menjadi kekuatan doa yang maha dahsyat.

Mengapa Kami Memilih Islam...?

Miss Fatima Kazue (Jepang)

Sejak terjadinya perang dunia ke-II, saya telah kehilangan kepercayaan kepada agama kami, yakni sejak saya menjalankan kehidupan secara Amerika. Saya merasa ada sesuatu yang terlepas dari jiwa saya, akan tetapi saya bisa menentukan apa yang telah hilang itu, sedangkan jiwa saya tetap menuntut supaya saya menentukan apa yang hilang itu.

Adalah nasib baik bagi saya kenal dengan seorang Muslim yang sudah lama tinggal di Tokyo, dan cara hidup serta ibadahnya sungguh mengagumkan saya. Lalu saya tanya dia tentang beberapa masalah yang dijawabnya dengan jawaban yang cukup meyakinkan, memuaskan akal dan jiwa sekaligus. Dia memberitahukan kepada saya tentang bagamana seharusnya manusia hidup sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditentukan Allah s.w.t. Saya tidak membayangkan sebelumnya bahwa pandangan manusia akan berubah secepat apa yang saya alami dalam jiwa saya, ketika saya mengikuti dan menjalankan kehidupan secara Islam. Saya merasa bahwa saya setuju dengan Tuhan yang menciptakan saya.

Dengarlah penghormatan seorang Muslim: "Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh". Kalimat itu merupakan do'a memohonkan keselamatan dari Allah, do'a mohon kebahagiaan yang abadi. Ini sangat berbeda dengan kata-kata "good morning" dan "good afternoon", suatu penghormatan yang hanya secara sederhana mengharapkan kebaikan pagi dan sore, di dalamnya tidak terkandung harapan yang kekal, tidak pula mengandung do'a kepada Allah agar melimpahkan rahmat dan berkah-Nya.

Sahabat saya yang Muslim itu mengajarkan kepada saya tentang banyak hal yang harus diimani oleh setiap Muslim serta peribadatan yang harus ditunaikan. Saya.amat tertarik oleh cara hidup menurut ajaran Islam, kebersihannya, keluasannya dan kebiasaannya mengucapkan salam.
Saya yakin sepenuhnya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang bisa menjamin keselamatan dan ketentraman hidup seseorang dan masyarakat secara merata. Hanya Islam sajalah yang memberikan keselamatan hakiki kepada alam kemanusiaan, berlaku dalam waktu yang lama dan membimbing rnereka kepada keamanan.

Berbahagialah saya, bahwa saya setuju dengan jalan keselamatan, dan saya sangat mengharap dapat menyebarluaskan Islam di kalangan bangsa saya, manakala saya menemukan jalan untuk itu.

Al Qur'an Sebagai Pembela di Hari Kiamat

Abu Umamah r.a. berkata : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur'an, setelah itu Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam memberitahu tentang kelebihan Al-Qur'an."

Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : Belajarlah kamu akan Al-Qur'an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya."
Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, " Kenalkah kamu kepadaku?" Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : "Siapakah kamu?"

Maka berkata Al-Qur'an : "Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari."

Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur'an itu : "Adakah kamu Al-Qur'an?" Lalu Al-Qur'an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca mengadap Allah shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.

Pada kedua ayah dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : "Dari manakah kami memperolehi ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?"

Lalu dijawab : "Kamu diberi ini semua kerana anak kamu telah mempelajari Al-Qur'an."

Agenda Seorang Muslimah

Bagaimana Keseharian Ukhti...?
 

Ukhti muslimah sekalian,....perlu sekali bagi akhwat memiliki agenda kegiatan yang berhubungan dengan amal shalih sehari-hari sebagai pengingat dan renungan tentang apa saja yang telah kita lakukan dan apa yang belum bisa kita lakukan, agar hati kita dipacu untuk selalu 'hidup' mengingat-Nya....sehingga apabila hati ini lalai (dan memang sering terjadi demikian) maka kita akan menyadarinya karena sesungguhnya bila hati ini 'sakit' maka akan beratlah anggota tubuh yang lain untuk melaksanakan ketaatan.

Semoga artikel ini bermanfaat buat ukhti muslimah semua, diambil dari milis As-Sunnah yang berjudul Kehidupan Sehari-hari yang Islami, karya Syaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Al-Jaarullah yang penulis sesuaikan untuk akhwat muslimah....dan sangat bagus sekali apabila ukhti memiliki bukunya karena sangat bermanfaat sebagai barometer keimanan ukhti,....Nah, selamat membaca

Saudariku...
Dengan penuh pengharapan bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka kami sampaikan risalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini ke hadapan Anda untuk direnungkan dan dijawab dengan perbuatan.

Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat ke hadapan Anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya kita bisa mengambil manfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.

Saudariku...
Risalah ini dinukilkan dari buku saku yang sangat bagus dan menawan yaitu Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Fariq Gasim Anuz semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasnya dengan pahala dan surga-Nya.

Kehidupan Sehari-hari Yang Islami :
1..Apakah Anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu?

2..Apakah Anda hari ini membaca Al-Qur'an?

3.Apakah Anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib?

4.Apakah Anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib?

5.Apakah Anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang Anda baca?

6.Apakah Anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur?

7.Apakah Anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya?

8.Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan Anda ke dalam Surga ? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata : ''Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga''.

9.Apakah Anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali ? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata : ''Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka''.
(Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya : ''Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata : ''Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata : ''Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka''. (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).

10.Apakah Anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam?

11.Apakah Anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik?

12.Apakah Anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau?

13.Apakah Anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala?

14.Apakah Anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari?

15.Apakah Anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pent)?

16.Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya : ''Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur''. (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).

17.Apakah Anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati Anda atas agama-Nya?

18.Apakah Anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab?

19.Apakah Anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama ? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar -pent).

20.Apakah Anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah ? Karena setiap mendo'akan mereka Anda akan mendapat kebajikan pula.

21.Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya -pent) atas nikmat Islam?

22.Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya?

23.Apakah Anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya?

24.Apakah Anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja?

25.Apakah Anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri?

26.Apakah Anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala?

27.Apakah Anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri Anda?

28.Apakah Anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua?

29.Apakah Anda mengucapkan ''Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun'' jika mendapatkan musibah?

30.Apakah Anda hari ini mengucapkan do'a ini : ''Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui''. Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625).

31.Apakah Anda berbuat baik kepada tetangga?

32.Apakah Anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki?

33.Apakah Anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya?

34.Apakah Anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian?

35.Apakah Anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan?

Saudariku ..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, insya Allah.