Perempuan tua itu tampak bermenung, menunggui kios bensinnya yang
sepi ketika seorang pemuda keren dan trendi menghampiri sambil menuntun
motornya. Setelah bercakap-cakap sejenak, si ibu mengambil jerigen
bensinnya dan mengisi tangki motor pemuda itu. Gratis! Tanpa bayar.
Seorang
sopir delman memarkir delmannya di pinggir jalan dan melompat turun.
Dengan sigap dia memanjat pohon tempat dua biji balon tersangkut dan
mengambilnya. Seorang nenek dan cucunya yang tidak ia kenal samasekali,
menungguinya di bawah.
***
Anda seperti pernah melihat fragmen di atas? Mungkin saja. Karena cerita tersebut saya ambil dari tayangan sebuah reality show
di salah satu stasiun televisi. Saat menonton fragmen yang pertama,
saya dan teman nonton saya pun berandai-andai, apa kira-kira yang akan
kami lakukan jika kami ada dalam posisi si perempuan tua. Mungkin kami
akan memandangi si pemuda keren dari atas sampai bawah, kemudian
bertanya, "Kok bisa cowok sekeren ini tidak punya uang?" Jika dia
menjawab lupa, kami mungkin akan kembali beralasan, "Kalo lupa tidak
bawa uang, cari akal dong supaya bisa tetep beli bensin. Jual sepatu kek
atau apa!"
Setelah itu kami berdua tertawa getir, mentertawakan diri sendiri. Kami memproklamirkan diri sebagai muslimah kaffah,
yang 'semestinya' lebih baik dari orang kebanyakan. Namun ternyata
'kelebihan' yang kami miliki tidak membuat kami lebih tulus. Paradigma
dan ilmu yang ada membuat kami melakukan penyaringan, bukan hanya
terhadap keburukan, tetapi juga ketika hendak melakukan kebaikan.
Melihat dulu alasannya, untuk apa dan mengapa kami harus dan tidak harus
melakukan sesuatu, bahkan ketika sesuatu itu adalah menolong orang lain
yang tampak sedang dalam kesulitan.
Kemudian kami membandingkan
sikap kami dengan mereka yang dalam tayangan itu menolak permintaan
tolong itu karena berbagai alasan. Seorang gadis menolak mengantar ibu
tua ke seberang jalan karena dia sedang tergesa-gesa dan tidak searah
dengan si ibu. Seorang pemuda menolak meniupkan balon bagi sesosok bocah
kecil karena ia mengatakan sedang puasa, takut tidak kuat. Banyak
laki-laki bersedia menolong seorang wanita muda cantik mengangkatkan
barangnya, (coba saya tebak alasannya: karena perempuan itu cantik!)
sementara seorang wanita paro baya harus berkali-kali menerima penolakan
atas permintaan tolongnya, karena dia tidak memiliki 'nilai tambah'
bagi penolongnya. Meski mungkin alasannya berbeda secara moral, namun
pada kenyataannya kami juga mungkin akan melakukan seleksi dan
berpikir-pikir ketika hendak memberikan pertolongan.
Lantas? Tak
selalu salah mengambil keputusan berbuat baik pada orang lain pada
alasan tertentu, namun fragmen-fragmen itu memberi banyak pelajaran
bahwa menolong orang lain kadang tidak perlu bertanya mengapa mesti
menolong. Pekerjaan menolong itu kadang perlu dilakukan 'hanya' karena
ada yang sedang membutuhkan pertolongan sementara kita ingin dan bisa
menolong. Betapapun sederhana cara berpikir dan keseluruhan hidup
orang-orang 'biasa' itu, mereka memiliki ketulusan yang luar biasa.
***
Seorang
laki-laki dengan kaki cacat dan mata buta sebelah, mengayuh gerobak
khususnya dengan tangan, berkeliling menjual minyak tanah. Ketika
seorang nenek dengan kompor di tangan minta minyak yang menjadi sandaran
hidupnya itu untuk memasak, ia tanpa banyak kata memberi dengan senyum
terukir di wajahnya. Bahkan ketika si nenek juga minta tolong ia
membenahi sumbu kompor dan menutupkan kembali, ia pun mengerjakannya
tanpa tampak keberatan sedikit pun.
Seorang nenek penjual duren
di pinggir jalan dengan dagangan duren yang hanya beberapa buah. Seorang
bapak dengan pakaian guru menawar hendak membeli durennya dan mengaku
hanya punya uang lima ribu sedang harga duren itu puluhan ribu. Dengan
ringan dia melepas benda jualannya itu, bahkan memberikan yang terbaik
kepada si bapak. Padahal duren itu adalah satu-satunya sarana ia mengais
rejeki dengan modal cukup besar dan untung tak seberapa.
Seorang
kakek tua dengan senang hati mengantar perempuan hamil tua ke rumah
sakit tanpa bayar, padahal jalanan menanjak dan jarak yang ditempuh
cukup jauh.
Seorang...
Dan fragmen-fragmen lain pun tertayang, memberikan pelajaran berharga bagi siapa pun yang berkehendak mengambilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar