Pernah sakit?
Apa yang Anda rasakan?
Senang, gembira, sedih, jengkel, atau…?
Tahukah
temen-teman, bahwa sakit yang menimpa kita, penderitaan yang kita
alami, kesempitan yang kita rasakan, kesulitan yang menggelisahkan, ... ;
merupakan kenikmatan dan anugerah yang diberikan Allah kepada kita?
Yang kenikmatan ini tidak diberikan kepada setiap orang dan setiap saat....
Bagaimana mungkin? Nggak masuk akal ya?
Jangan keburu percaya, jangan tergesa-gesa mempercayai sesuatu sebelum Anda memperoleh penjelasan mengenai hal tersebut!
Simak dulu tulisan berikut:
Ketika sakit menghampiri kita, ada dua hal yang mesti kita ingat:
1.
Bahwa sakit yang kita alami ini datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala
''Tiada sesuatupun bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu bergembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi menyombongkan diri.''
(Al-Hadid:22-23)
2. Bahwa sakit itu baik bagi kita.
Di balik
sakit yang kita alami, terdapat hikmah dan faidah yang besar, yang itu
baik dan bermanfaat untuk kita. Tentunya apabila ketika sakit itu datang
kita hadapi dengan kesabaran. Diantara hikmah dan faidahnya adalah:
a. Diampuni dosa dan kesalahan
''Setiap
musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah, penyakit,
rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya pengampun
dosa-dosanya.'' (HR. Bukhari-Muslim)
''Tidaklah seorang Muslim
ditimpa gangguan berupa penyakit dan lain-linnya, melainkan Allah
menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan
daunnya.'' (Bukhari-Muslim)
b. Ditinggikan derajatnya
''Tidaklah
seorang mukmin tertusuk duri atau yang lebih kecil dari duri, melainkan
ditetapkan baginya satu derajat dan dihapuskan darinya satu
kesalahan.'' (Diriwayatkan Muslim)
Dari Aisyah, dia berkata: ''Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
''Tidaklah
seorang Mukmin itu tertimpa penyakit encok sedikit pun, melainkan Allah
menghapus darinya satu kesalahan, ditetapkan baginya satu kebaikan dan
ditinggalkan baginya satu derajat.'' (Ditakrij Ath-Thabrani dan
Al-Hakim. Isnadnya Jayyid)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dia berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
''Sesungguhnya
seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada
satu amal yang bisa menghantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa
mencobanya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa
sampai ke kedudukan itu.'' (Ditakhrij Abu Ya'la, Ibnu Hibban, dan
Al-Hakim; Menurut Syaikh Al-Albany: hadits hasan)
c. Pembuka jalan ke Surga
''Allah
Subhanahu berfirman: 'Hai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari
keridhaan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhai pahala
bagimu selain surga.''' (Ditakhrij Ibnu Majah; Menurut Syaikh
Al-Albany: hadits hasan)
Wahai Saudaraku, bukankah sakit merupakan bagian dari musibah?
d. Keselamatan dari api neraka
Dari
Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam, bahwa beliau menjenguk seseorang yang sedang sakit demam, yang
disertai Abu Hurairah. lalu beliau bersabda (yang artinya):
''Bergembiralah,
karena Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Inilah neraka-Ku. Aku
menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang mukmin di dunia, agar dia jauh
dari neraka pada hari akhirat.'' (Ditakhrij Ahmad, Ibnu Majah, dan
AL-Hakim. Menurut Syaikh Albani: isnadnya shahih)
e. Menjadikan kita ingat kepada Allah dan kembali kepada-Nya
Biasanya
ketika seseorang dalam keadaan sehat wal afiat, suka tenggelam dalam
kenikmatan dan syahwat. Menyibukkan diri dalam urusan dunia dan
melalikan Allah, yang tidak jarang terjerumus dalam kemaksiatan dan
kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ketika Allah mencobanya
dengan sakit atau musibah lain, dia akan ingat kepada Allah, bertobat,
dan kembali memenuhi hak-hak Allah yang telah dia tinggalkan.
Dari
Abdurrahman bin Sa'id, dari bapaknya, dia berkata, ''Aku bersama Salman
menjenguk orang yang sedang sakit di Kandah. Tatkala Salman memasuki
tempat tinggalnya, dia berkata, ''Bergembiralah, karena sakitnya orang
mukmin itu akan dijadikan Allah sebagai penebus dosanya dan penyebab
kewaspadaannya. Sedangkan sakitnya orang fajir itu laksana keledai yang
diikat pemiliknya, kemudian dia melepaskannya kembali, namun keledai itu
tidak tahu mengapa ia diikat dan mengapa ia dilepas.''
Maksudnya,
penyakit itu merupakan penebus dosa bagi orang mukmin dan penyebab
taubat dan kesadarannya dari kelalaian. Berbeda dengan orang-orang
fajir, yang tetap durhaka, tidak terpengaruh oelah penyakitnya dan tidak
mua kembali kepada Rabb-nya. Dia tidak tahu kalau penyakit itu menimpa
dirinya, agar dia sadar dari kelalaian dan agar kembali kepada
kebenaran. Ibaratnya seekor keledai yang dipegang dan diikat, kemudian
dilepas kembali, namun ia tidak tahu mengapa ia diikat lalu dilepas
lagi.
f. Mengingatkan kepada nikmat yang telah diberikan Allah
Sakit
dapat mengingatkan kita terhadap nikmat yang telah Allah berikan ketika
kita dalam keadaan sehat, dengan demikian kita semakin bersyukur kepada
Allah. Seorang penyair berkata: ''Seseorang tidak mengenal tanda-tanda
sehat selagi dia belum tertimpa sakit.''
g. Mengingatkan keadaan orang-orang yang sakit
Allah
menimpakan sakit kepada kita agar kita mengingat saudara-saudara kita
yang sedang sakit, yang selama ini mereka kita lalaikan, sehingga kita
kembali sadar dan terketuk hati kita untuk memenuhi hak-hak sauadara
kita yang sedang sakit tersebut, seperti: mengunjunginya, membantu
keperluannya, meringankan musibahnya, menghiburnya, membantukan
mencarikan obat, mendoakannya, dll.
h. Mensucikan hati dari berbagai penyakit
Keadaan
yang sehat bisa mengundang seseorang untuk bersikap sombong, bangga dan
taajub kepada diri sendiri, sebab dalam keadaan seperti itu dia bebeas
berbuat apa saja. Namun ketika sakit dataang menjenguknya, penderitaan
menimpa dirinya, maka jiwanya bisa melunak, sifat-sifat sombong,
takabur, dengki, membanggakan diri; dapat menjadi hilang sehingga
akhirnya ia tunduk dan pasrah kepada Allah serta tekun beribadah
kepada-Nya.
i. Menjadikan kita sabar
Abdul Malik bin Abjar
berkata: ''Setiap orang pasti mendapat cobaan afiat, untuk dilihat
apakah dia bersyukur, atau mendapat bencana untuk dilihat apakah dia
bersabar.''
Wahai Saudaraku!
Bukankah faidah dan hikmah yang
kita dapatkan ketika sakit sangat besar? Bukankah itu merupakan
kenikmatan dan anugerah? Tidakkah engkau ingin mendapatkannya?
Karena itu, Bersabarlah!
Engkau memperoleh kesempatan memperoleh janji-janji tersebut di atas....jangan sia-siakan kesempatan emas tersebut!
Semakin berat penderitaan, semaikin pahala dilipatkan
Sahabat
Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'Anhu berkata: Saya menjenguk
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedangkan beliau sedang menahan
sakit karena demam, saya berkata: ''Wahai Rasulullah, sungguh engkau
kelihatan sedang menahan rasa sakit yang berat?'' Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam berkata: ''Benar, sesungguhnya saya sedang menahan
sakit sebagaimana dua orang di antara kalian.''
Abdullah berkata:
Saya berkata: ''Hal itu karena engkau mendapatkan dua pahala.''
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: ''Benar'', kemudian
beliau melanjutkan:
''Tidak ada seorang muslim tertimpa musibah baik
itu sakit atau lainnya kecuali Allah menghapus kesalahan-kesalahnnya
sebagaimana pohon menjatuhkan daunnya.'' (HR. Bukhari-Muslim)
Hadits
di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam menetapkan bahwa apabila penyakit bertambah berat maka
pahalanya dilipatgandakan dan pelipatgandaan ini terus meningkat sampai
terhapusnya kesalahan-kesalahan semuanya. Dengan kata lain beliau
berkata: Beratnya penyakit mengangkat derajat, menghapuskan
kejelekan-kejelekan tanpa tersisa.
Apabila kita memahami hal
ini, yaitu rasa sakit atau musibah lainnya dapat menghapus dosa kita dan
mengangkat derajat kita; maka hendaklah kita bersabar dan ridho
terhadap hal tersebut agar kita mendapatkan apa yang dijanjikan Allah
terhadap orang yang bersabar:
''Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.'' (Ali Imran:146)
''Sesungguhnya hanya kepada orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'' (Az-Zumar:10)
''Sedang
para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil
mengucapkan): 'Keselamatan atas kesabaranmu.' Maka alangkah baiknya
tempat kesudahan itu.'' (ar-Raad: 23-24)
Apakah ini bukan suatu kemuliaan? Bukankah ini merupakan derajat yang tinggi?
Tidakkah kita menginginkan sakit yang kita alami menjadi suatu kenikmatan dan anugerah yang besar?
Jangan biarkan semua janji-janji tersebut...hilang begitu saja....
Jangan biarkan...kesempatan sudah ada di depan mata, namun kita tak sanggup meraihnya....
Klo hal ini terjadi pada kita... Innalillahi wa inna ilaihi raji'un....
tak
ada kata lain yang pantas..selain: Saya mendapat musibah besar karena
tidak mampu memanfaatkan kesempatan emas dengan adanya musibah yang ada
pada saya...
Jika kamu tidak mengetahui maka itu adalah musibah, jika kamu mengetahuinya maka musibahnya lebih besar lagi....
Jika
kamu tidak tahu bahwa di balik sakit ada kenikmatan yang besar, ada
janji-janji Allah yang menggiurkan...itu adalah suatu musibah;
Jika
kamu mengetahui hal ini (keutamaan-keutamaan sakit jika bersabar) namun
luput dari memperoleh janji-janji Allah ini ..., maka ini adalah musibah
yang sangat besar.
''Sungguh unik perkara orang mukmin,
sesungguhnya semua perkaranya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan,
ia bersyukur dan jika ia mendapat ujian ia bersabar, maka (hal itu)
merupakan kebaikan baginya.'' (HR.Muslim)
Semoga bermanfaat, Allahu A'lam.
Sumber Utama:
-Tuhfatul
Maridh, Abdullah bin Ali Al-Ju'aitsin, Edisi Indonesia: Hiburan bagi
Orang yang Sakit, Penerjemah: Kathur Suhardi. Penerbit: Putaka
Al-Kautsar, Jakarta.
Sumber Pendukung:
-Tasliyatu Ahlil
Masha'ib, Muhammad bin Muhammad Al-Manjabi Al-Hambali. Edisi Indonesia:
Hiburan Bagi Orang yang Tertimpa Musibah. Penerjemah: Abu Umar Basyir.
Penerbit: Darul Haq, Jakarta
-Tuhfatun Nisaa', Abu Maryam Majdi
Fathi As-Sayyid. Edisi Indonesia: Bingkisan Istimewa bagi Muslimah.
Penerjemah: Izzudin Karimi, Lc. Penerbit: Darul Haq, Jakarta
-Catatan-catatan pribadi, dan sumber-sumber yang tidak terikat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar