Waktu memang tak pernah berhenti berjalan, meski manusia di dalamnya
tak bergerak sekali pun. Beruntunglah orang-orang yang selalu mengisi
kehidupannya dengan berbagai macam kegiatan dan amalan. Semangat dan
tekad yang kuat di dalam hati memang mampu membuat manusia bergerak
layaknya air yang mengalir,terus bergerak mengikuti arus.
Ketika
kita yakin bahwa hidup ini cuma sekali dan dunialah tempat kita menempa
amal, mempersiapkan bekal yang terbaik sebelum akhirnya memasuki akhirat
yang kekal, maka sepatutnya kita paham bahwa tak ada waktu yang boleh
disia-siakan. Begitu banyak yang bisa dan harus kita kerjakan. Bahkan
terkadang kita merasa bahwa waktu 24 jam yang diberikan masih kurang
jika harus dibagi untuk mengerjakan amanah pekerjaan, kuliah, dakwah,
keluarga, dan mengurusi diri sendiri.
Berlomba-lombalah dalam
mengerjakan kebaikan, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang
kita kerjakan. Tapi terkadang ketika kita begitu sibuk mengerjakan
amanah, ada hal-hal yang kita abaikan. Saudaraku, cobalah bertanya pada
diri sendiri. Jujurlah pada nurani. Sudahkah hak-hak diri kita tunaikan?
Apakah ibadah kita tetap terjaga? Atau justru tilawah semakin berkurang
dan malam demi malam selalu terlewatkan tanpa sempat sujud meski hanya
dua rakaat di sepertiga malam?
Ibarat orang yang sedang melakukan
perjalanan jauh, maka sesekali perlu berhenti untuk beristirahat atau
mengisi bahan bakar kendaraan. Seperti itulah layaknya kita. Ketika
bergerak, harus ada waktu dimana kita mengisi kekuatan, menenangkan
pikiran, baru kemudian bergerak lagi. Rasakanlah betapa kosongnya hati
ketika salat kita tak lagi khusyuk (bahkan terburu-buru), tilawah kita
tak pernah mencapai target, Dhuha tak sempat dilakukan, dan akhirnya
malam hanya meninggalkan lelah yang amat sangat. Apakah itu yang kita
rasakan saat ini?
Jika iya, maka berhentilah sejenak. Sejenak saja... tanyalah pada diri, sudah sejauh mana kita tidak lagi tawazun
(seimbang) pada diri? Saudaraku, benahilah kembali hak-hak diri dan
orang lain yang selama ini mengkin terabaikan. Shalatlah sambil
mengingat dosa-dosa yang mungkin sering kita lakukan tanpa kita sadari.
Perbanyak doa agar kita selalu diberi kekuatan dan kesabaran. Bacalah
Al-quran sambil merenungkan maknanya. Kerjakan amalan sunnah yang selama
ini mungkin jarang sekali tersentuh.
Beruntunglah orang yang melakukan tasbih (shalat) ketika manusia sedang tertidur.
Ia pendam keinginannya diantara tulang rusuknya (dadanya).
Dalam suasana yang diliputi ketenangan yang khusyu.
Berdzikir kepada Allah sedang air matanya mengalir.
Kelak air matanya itu di kemudian hari akan menjadi pelita.
Guna menerangi jalan yang ditempuhnya di hari perhimpunan.
Seraya bersujud kepada Allah di penghujung malam.
Kembalilah kepada Allah dengan hati yang khusyu.
Dan berdoalah kepada-Nya dengan mata yang menangis.
Niscaya Dia akan menyambutmu dengan pemaafan yang luas.
Dan Dia akan menggantikan semua keburukanmu itu.
Dengan kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu tanpa habis-habisnya.
Semua pemaafan itu diberikan bagi hamba yang kembali pada-Nya.
Sebagai karunia yang berlimpah dari Pencipta alam semesta.
Bagi orang-orang yang segera bertaubat kepada-Nya
(gubahan Walid)
Berhenti
sejenak bukan berarti lantas mematahkan langkah dan menghambat tujuan.
Justru kita harus berhenti sejenak untuk mengisi kekuatan kita dan
melihat apa saja yang telah kita lakukan. Karena kita adalah manusia,
bukan batu karang yang tetap berdiri meski diterjang ombak. Karena kita
adalah manusia, bukan gunung tinggi yang tetap kokoh meski diterpa angin
kencang.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar