Minggu, 29 April 2012

Bagaimana Muslimah Berhias..?



Sah-sah saja kok wanita itu berhias. Bagaimana lagi, memang fitrahnya demikian. Ingin selalu tampil cantik dan menarik. Namun, sebagai seorang muslimah, sudah seharusnya senantiasa menjunjung tinggi dan menjaga batasan-batasan syari’at yang telah ditetapkan Allah subhanahu wata’ala. Karena semua itu tidak lain dan tidak bukan demi kemuliaan dan keselamatan kita juga. Sayangnya, banyak di antara muslimah yang kurang memahami batasan-batasan tersebut. 'Maka bertanyalah kepada Ahlu dzikr (orang yang mempunyai pengetahuan) \r\njika kalian tidak mengetahui\'\' (An-Nahl:43) Berikut ini kami rangkum fatwa-fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah yang menjawab seputar aktivitas \r\nberhias kita…

Pertanyaan 1:
Bolehkah seorang perempuan mengenakan make-up buatan untuk suaminya, dan apakah dia boleh menampakkannya di depan keluarganya atau di hadapan para wanita muslimat?

Jawab:

Berhiasnya perempuan guna mempercantik diri untuk suaminya dalam batas-batas syari’at termasuk hal yang selayaknya dia lakukan. Karena sesungguhnya seorang perempuan setiap kali berhias untuk suaminya maka itu akan lebih menambah kecintaan suami kepadanya dan membawa pada keharmonisan antara keduanya. Dan inilah maksud disyariatkannya hal itu. Adapun tentang make-up, apabila dapat mempercantik dan tidak membahayakan dirinya maka perbuatan itu tidak apa-apa dan ntidak berdosa. Akan tetapi saya mendengar bahwa make up membahayakan kecantikan kulit wajah dan berikutnya akan merubah wajahnya menjadi lebih buruk sebelum waktunya atau sebelum menua. Saya berharap kepada para wanita untuk bertanya kepada para dokter tentang hal ini. Apabila terbukti demikian maka penggunaan kosmetika hukumnya mungkin haram atau minimal makruh. Karena segala sesuatu yang \r\nmembawa manusia kepada keburukan maka dia bisa jadi haram atau bisa jadi pula \r\nmakruh.

Pertanyaan 2:
Apakah hukumnya memakai baju ketat bagi wanita di sisi para \r\nwanita dan di sisi para mahram?

Jawab:

Memakai pakaian sempit yang menampakkan bagian yang menggoda dari tubuh \r\nperempuan dan menampakkan segala lekuk-lekuk tubuhnya adalah diharamkan. Karena \r\nNabi Shallallahu’alaihi sallam bersabda: \'\'Ada dua kelompok penghuni naar yang \r\nbelumpernah aku melihat mereka sebelumnya; (1)beberapa lelaki yang mewmbawa \r\ncambuk seperti ekor binatang, yang digunakan untuk mencambuki manusia, (2)para \r\nwanita yang berpakaian tapi telanjang bergoyang-goyang dan berlenggak-lenggok.\'\' \r\nSungguh telah dijelaskan tentang sabda beliau kasiyat \'\'ariyat\'\' (berpakaian tapi \r\ntelanjang) adalah bahwa mereka memakai pakaian yang sangat pendek tidak menutup \r\napa yang wajib ditutupi, yakni aurat. Dan ditafsirkan pula bahwa mereka memakai \r\npakaian yang sangat tipis, tidak bisa menghalangi pandangan terhadap warna kulit \r\nyang adadi balik tubuh perempuan tersebut. Dijelaskan pula bahwa mereka memakai \r\npakaian yang sempit. Pakaian itu mampu menghalangi pandangan akan tetapi tampak \r\njelas lekuk-lekuk tubuh si pemakainya. Atas dasar ini maka tidak boleh bagi \r\nperempuan memakai pakaian yang sempit kecuali di hadapan orang yang \r\ndiperbolehkan melihat auratnya, yakni suaminya. Karena tiada aurat antara \r\nsepasang suami-istri, berdasar firman Allah ta’ala: \'\'Dan orang-orang yang \r\nmenjaga kemaluan mereka. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau para budak \r\nmereka. Maka sesungguhnya (dalam keadaan itu) mereka tidak tercela.\'\' (QS. \r\n23:5-6)

Dan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: \'\'Aku mandi bersama Nabi shallallahu \r\n‘alaihi wasallam dari sebab junub dari satu bejana. Tangan-tangan kami saling \r\nbergantian menciduk air di dalamnya.\'\' Maka bagi seorang suami, antara dia dan \r\nistrinya, tiada aurat bagi keduanya. Adapun bagi seorang perempuan, di hadapan \r\nmahramnya sekalipun, ia wajib untuk menutup suratnya, pakaian yang sempit pun \r\ntidak diperbolehkan, baik di hadapan mahramnya maupun di hadapan wanita lain, \r\napabila sempitnya sangat sesak sehingga menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya.

Pertanyaan 3:
Bagaimanakah hukum perempuan yang mengumpulkan rambutnya di \r\natas kepala?

Jawab:

Rambut yang ada di atas kepala menurut para ulama termasuk ke dalam larangan \r\natau sesuatu yang harus dihindari sebagaimana yang telah disampaikan Nabi \r\nshallallahu ‘alaihi wasallam dengan sabda beliau: \'\'Ada dua kelompok penghuni \r\nneraka yang belum pernah aku melihat mereka sebelumnya\'\' dan seterusnya lalu \r\ndisebutkan padanya: ‘para wanita yang berpakaian tapi telanjang , \r\nbergoyang-goyang dan berlenggak-lenggok kepala mereka seperti punuk onta yang \r\nbergoyang-goyang.\'\'

Apabila rambut itu berada di atas maka padanya terdapat larangan . Apabila \r\ndiletakkan di tengkuk misalnya, maka itu tidak apa-apa, kecuali apabila si \r\nperempuan itu akan pergi ke pasar maka sesungguhnya keadaan itu menjadi termasuk \r\n\'\'tabarruj\'\' karena akan menjadi tanda yang terlihat dari belakang daster.Akan \r\ntampak jelas dan hal ini termasuk bab tabarruj dan menjadi sebab munculnya \r\nfitnah. Maka tidak boleh dilakukan.

Sabtu, 28 April 2012

KIAT BERGAUL


Bergaul dengan orang lain ternyata tak luput dari perhatian Islam. Bahkan kebaikan dalam bergaul atau bermuamalah merupakan salah satu pokok ajaran Islam. Bermuamalah dengan siapa saja, baik ia patner kerja, teman belajar, atasan, atau dengan anggota keluarga kita. Ada kiat-kiat tertentu yang syar'I yang dianjurkan oleh Islam. Sudah semestinya kita perlu melihat bagaimanakan kaidah dan kiat-kiat Islam dalam bergaul, agar mampu mengambil hati orang lain dan memberikan pengaruh pada mereka. Dan tentu saja niatan kita disaat bergaul adalah meraih sesuatu yang sangat agung yaitu mencari keridhaan Allah azza wa jalla.
Diantara kiat bergaul yang dicontohkan adalah:

Kaidah-1 Menebarkan Salam
Mengucapkan salam merupakan wujud perhatian seorang kepada individu yang lain. Ia pun merupakan kunci surga. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah berkata : Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencinta. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian lakukan niscaya kalian akan saling mencinta, sebarkan salam diantara kalian (HR. Muslim) 

Kaidah-2 Senyumanmu untuk Saudaramu adalah Sedekah
Nabi bersabda: Senyumanmu untuk saudaramu adalah sedekah. Sebuah senyuman, memiliki banyak pengaruh, diantaranya ¨ Menunjukkan kepribadian seseorang ¨ Melapangkan dada pada pertemuan-pertemuan selanjutnya ¨ Melancarkan perkenalan dan pembicaran 

Kaidah -3 Engkau panggil dia dengan nama yang ia sukai
Umar bin khattab meringkas tentang kaidah meraih cinta manusia. Tiga hal yang akan menjernihkan hubunganmu dengan manusia "Engkau memulai salam, engkau memanggilnya dengan nama yang paling ia sukai, dan engkau melapangkan baginya dalam bermajelis" 

Kaidah-4 Engkau katakan padanya Aku mencintaimu karena Allah
Dalam sebuah riwayat: cinta itu ada pada tiga hal ¨ cinta kepada orang mukmin di jalan Allah dan tanda cinta ini adalah menghindarkan diri dari menganggu mereka dan memberikan kebaikan kepada mereka ¨ cinta kepada rasulullah yang dicirikan dengan cinta kepada sunnahnya ¨ dan cinta kepada Allah adalah dengan mendahulukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan ; dan diantara Sunnah adalah mengucapkan kepada saudaranya " Aku mencintaimu karena Allah"

Kaidah- 5 Berjabat Tangan Ketika berjumpa dengannya
Dikatakan kepada Abu dzar apakah Rasulullah selalu berjabat tangan dengan kalian ketika kalian berjumpa dengan beliau ? maka Abu dzar berkata:" Tidaklah aku berjumpa dengan Rasulullah kecuali beliau menjabat tanganku" 

Kaidah -6 Baik Akhlaq
Rasulullah bersabda " Sungguh orang yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya, dan ditanyakan kepada beliau, apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga? Beliau berkata taqwallah (taqwa kepada Allah) dan baik budi 

Kaidah-7 Sungguh Allah itu Maha Indah dan cinta kepada Keindahan
Abu Hurairah berkata"Seorang laki-laki datang kepada nabi dan ia seorang laki-laki yang sangat bagus ia berkata Wahai Rasulullah saya adalah seorang yang cinta dengan keindahan dan saya mendapatkan seperti apa yang Anda lihat. sampai-sampai segala sesuatu yang aku suka tak akan terlewat dari perhatian orang. Sehingga mereka berkata alangkah indah tali sandalku, apakah yang demikian termasuk kesombongan ? Rasulullah berkata Tidak ! akan tetapi kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia" 

Kaidah-8 Jazakallah Khairan(Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan) adalah syiar orang yang bersyukur
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata " Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu maka balaslah ia .Apabila engkau tidak mendapati apa yang dapat membalas kebaikannya maka doakan dia, sampai engkau yakin bahwa hal tersebut telah membalas kebaikannya Kaidah-9 tawadlu (merendahkan diri) niscaya Allah mengangkatmu Rasulullah berkata Sungguh Allah mewahyukan kepadaku untuk bertawadlu

KALIAN MESTI JAUHI...!


Tidak dapat diingkari bahwa beragam penyimpangan hadir dengan leluasa di masa ini. Pada hampir semua bidang kehidupan, baik aqidah, ibadah, kemasyarakatan, budaya, sosial, politik dan yang lain. Menimpa pada level individu maupun masyarakat yang prianya juga yang wanita.
Untuk golongan yang terakhir ini (wanita). Kita temukan bermacam penyimpangan yang luar biasa. Diantara penyimpangan yang terjadi pada kaum wanita adalah sebagai berikut:
  1. Tidak sopan pada kedua orang tua, tidak berbakti kepada keduanya, misalnya berani mengangkat suara di hadapan keduanya, menghardik dan tidak mentaati keduanya. Penyimpangan ini sangat banyak dilakukan oleh para wanita di zaman ini, tidak hanya dilakukan oleh orang awam saja, namun juga para penuntut ilmunya. Padahal Allah berfirman "Maka janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah !'..."
  2. Banyak ngerumpi hal-hal yang tidak bermanfaat saat berkumpul di majelis-majelis kaum wanita. Misalnya berbicara tentang Allah tanpa illmu, berdusta, membicarakan kejelekan orang lain, mengadu domba dan lain sebagainya. Bagi yang terakhir ini seakan jadi hal umum yang dilakukan di majelis kaum wanita ( lihat pembahasan tentang lidah dan bahayanya).
  3. Meninggalkan amar ma'ruf & nahi mungkar serta dakwah di kalangan kaum wanita. Mungkin karena malu atau takut pada mereka.
  4. "dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat pada allah dan rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh allah sesungguhnya allah maha perkasa lagi maha bijaksana.(QS At- Taubah : 71)
  5. Tidak menundukkan / memalingkan pandangan ketika melihat pria yang bukan mahramnya seolah-olah perintah untuk memalingkan pandangan hanya berlaku untuk pria saja, tidak untuk wanita. Firman Allah,
  6. "katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya" (QS An-Nur: 31)
  7. Seorang wanita melihat wanita lain kemudian menceriterakannya dengan detail kepada salah seorang kerabatnya seolah-olah dia melihatnya secara langsung demikian detailnya, padahal tidak ada tujuan-tujuan sar'i yang dibolehkan agama seperti untuk nikah misalnya.
  8. "janganlah seorang wanita berkumpul dengan wanita lain kemudian menceriterakannya pada suaminya seolah-olah dia (suami) melihatnya langsung" (Mutafaqun alaih)
  9. Meniru penampilan pria, baik dalam hal pakaian , gerakan, cara berjalan atau gaya bicaranya. Rasulullah saw, bersabda
    "Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan melaknat wanita yang memakai pakaian pria"
    beliau juga bersabda,
    "Allah melaknat orang-orang yang meniru pria dari kaum wanita"
    (HR. Abu Dawud)

ISTRI IDEAL


Kancah wanita adalah rumahnya. Dia bisa membuat rumahnya sebagai syurga dan tempat berteduh, atau merubahnya menjadi neraka yang membara. 

Menerima kepemimpinan laki-laki dan ta'at
Istri yang ideal adalah istri yang menghormati kehidupan suami istri, bisa mengukur tingkah laku dan memiliki kesadaran utnuk menegakkan rumah tangga islami, tidak bodoh dan tidak terperdaya. Kebersamaanya dengan seorang laki-laki bukan karena dorongan hewani yang bisa berahir karena merasa bosan.
Hubungannya dengan suami tidak bisa diikat oleh kemaslahatan yang semu dan palsu. Suami adalah jalan yang bisa menghantarkan wanita ke surga, jika dia melaksanakan kewajibannya dengan jalan yang diridhoi Allah. 

Dari ummu salamah r.a., dia berkata,
"rasulullah saw. bersabda , siapapun wanita yang meninggal, sedang suaminya ridha kepadanya, maka dia masuk surga." (HR Ibnu Majah, At Tirmidzi dan Al Hakim)
Pahala karena jiwanya yang luhur dan perhatiaannya yang tinggi tidak hanya terbatas di dunia saja, tetapi terbawa hingga kesurga yang abadi. Dia mengabaikan segala kenikmatan semu yang dapat menghalanginya dari ridha Allah, yaitu menaati suami. Dia sadar bahwa ketaatannya adalah sarana utntuk menundukkannya dan sekali-kali tidak akan membuatnya marah, seperti apapun keadaanya. 

Dari abu hurairah r.a. dia berkata,
"rasulullah saw, bersabda, jika seorang laki-laki mengajak istrinya ketempat tidurnya, lalu dia tidak mau mendatanginya, lalu suami menjadi marah kepadanya, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi hari" (HR Bukhory, Muslim, Abu Daud dan An Nasa'I)

Dalam menghadapi kehidupan suami istri, istri selalu siap mengemban beban rumah tangga dan tidak perlu lagi untuk diingatkan akan tugas yang mesti dilakukannya. Dia tahu peran dan misinya di tengah keluarga. Dia memandang konsisten, bagaimana tidak, sedang melakukan kewajiban dengan menaati suami, lebih kuat dari pada melaksanakan amal yang hukumnya sunnah. Sebagaimana hadist dari abu hurairah
"tidak dihalalkan bagi wanita untuk berpuasa, sedang suaminya ada disisinya kecuali dengan izinnya, dan dia tidak diizinkan memasukkan (laki-laki lain) kedalam rumahnya kecuali dengan izinnya, dan apa yang dia keluarkan dari suatu nafkah tanpa perintahnya, maka setengah pahalanya kembali kepada suaminya"
(HR Bukhory dan Muslim)

Didalam hadist ini terkandung pengertian bahwa hak suami adalah lebih kuat dari pada ibadah istri yang hukumnya sunnah. Sebab hak suami adalah wajib, sedangkan pelaksanan yang wajib harus didahulukan dari pada yang sunnah wajib dan hak istri adalah sunnah. Siapapun wanita yang tidak mentaati suaminya, maka dia akan menderita, maka istri harus mentaati suaminya dalam perkara-perkara yang mubah (diperbolehkan) dalam syari'at.

IKHTILAT

 
Bolehkah kaum pria bercampur baur dengan kaum wanita bila tidak dikhawatirkan terjadinya fitnah?

Bercampur baurnya antara pria dan wanita terbagi menjadi tiga:
Pertama, bercampur baurnya antara wanita dan pria yang merupakan muhrimnya, ini tidak diragukan lagi akan kebolehannya.
Kedua, bercampur baurnya kaum wanita dengan pria asing untuk tujuan yang merusak, maka tidak diragukan lagi akan pengharamannya.
Ketiga, bercampur baurnya antara wanita dan pria asing di lembaga-lembaga pendidikan, perkantoran, rumah sakit, acara-acara pesta dan yang semisal yang sering diduga tidak akan mengakibatkan terjadinya perbuatan zina antara satu dengan yang lainnya. Dan untuk menjelaskan hal ini, maka kami akan menjawabnya secara umum dan secara terperinci.
Adapun secara umum, bahwa Allah Ta'ala telah menciptakan kecenderungan dan dorongan kepada wanita dalam diri laki-laki, dan wanitapun diberikan kecenderungan kepada laki-laki dengan kelemahan dan kelembutan yang dimilikinya, maka bila percampurbauran terjadi akan lahirlah pengaruh-pengaruh yang dapat memunculkan akibat-akibat yang buruk karena hawa nafsu selalu mendorong untuk berbuat kejahatan, nafsu sering kali menjadi buta dan tuli sedang setan selalu menyuruh untuk berbuat keji dan mungkar.
Adapun secara terperinci, maka syari'at ini dibangun diatas tujuan dan sarananya. Dan sarana yang dapat menyampaikan pada tujuan memiliki hukum yang sama dengan tujuan. Maka wanita adalah pusat pemenuhan keinginan pria, dan syariat telah menutup pintu-pintu yang dapat mengakibatkan keterkaitan antara individu kedua jenis tersebut, dan hal ini menjadi jelas dengan dalil-dalil yang akan kami sebutkan berikut ini dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Adapun dalil dari Al-Qur'an ada 6 yaitu
pertama, Allah berfirman, yang artinya :
"Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal dirumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, 'marilah kesini.' Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim tiada akan beruntung." (QS Yusuf : 23).
Ayat ini menunjukkan bahwa ketika terjadi ikhtilat antara istri penguasa mesir dengan Yusuf as. Nampaklah apa yang selama ini dia sembunyikan dan ia pun meminta yusuf untuk menyetujuinya, namun Allahpun merahmatinya dan menjaganya dari hal itu, sebagaimana dalam firman Allah, yang artinya :
"maka Tuhannya memperkenankan do'a Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS Yusuf :34).
Demikianlah yang terjadi bila kaum pria bercampur baur dengan kaum wanita, maka setiap jenis akan memilih dari jenis lain yang ia inginkan, dengan menyerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan keinginannya.
Kedua, Allah telah memerintahkan kaum pria untuk menundukkan pandangan demikian pula kaum wanita. Allah berfirman, yang artinya:
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yng beriman, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An Nur 30-31).

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman baik pria maupun wanita untuk menundukkan pandangan mereka. Dan perintah menunjukkan kewajiban, kemudian Allah menjelaskan bahwa hal ini lebih menyucikan dan membersihkan hati. Telah diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari Ali ra. bahwasanya Nabi saw., berkata kepadanya:
"Wahai Ali ! janganlah engkau mengikuti satu pandangan dengan pandangan lain karena engkau hanyalah memiliki yang pertama dan tidak untuk yang selanjutnya."
Al-Hakim mengatakan, "(Hadits ini) shahih berdasarkan syarat Muslim namun (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya". Dan hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish, dan terdapat beberapa hadits yang semakna.
Dan tidaklah Allah memerintahkan untuk menundukkan pandangan kecuali karena memandang yang haram dilihat. Abu Hurairah ra, meriwayatkan dari Rosulullah saw, bahwa beliau berkata :
"Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah bicara, zina tangan adalah memegang, dan zina kaki adalah melangkah."(Muttafaq 'alaih dengan lafadz Muslim).
Digolongkan zina karena tidak lain karena ia menikmati memandang kecantikan wanita yang akan menyebabkan masuknya ke dalam hati orang yang memandangnya, sehingga ia tergantung dengannya lalu berusaha berbuat kekejian dengannya. Dan jika syariat melarang memandang dikarenakan dapat menyebabkan fitnah dan sebab tersebut ada pada ikhtilat, maka tentu saja ikhtilat pun terlarang karena ia adalah sarana terjadinya hal-hal yang tidak terpuji berupa memandang dan berusaha melakukan yang lebih dari itu.
Ketiga, dalil-dalil terdahulu yang menunjukkan bahwa wanita adalah aurat dan ia wajib menutupi seluruh badannya karena menyingkapnya akan mengundang pandangan untuk melihatnya yang akan menyebabkan ketergantungan hati padanya lalu pengerahan usaha untuk mendapatkannya. Demikian pula dengan ikhtilat.

Keempat, Allah berfirman, yang artinya :
"Dia mengetahui mata yang berkhianat dan apa yang tersembunyi dalam dada." (QS Ghafir : 19).
Ibnu Abbas dan ulama lainnya menafsirkan ayat ini, (bahwa yang dimaksud) adalah seorang pria yang masuk ke rumah orang lain, sementara di antara mereka ada seorang wanita cantik lewat di hadapannya. Maka jika mereka lalai ia pun akan memperhatikan wanita tersebut, maka jika mereka mengetahuinya maka ia pun akan menundukkan pandangannya -demikian seterusnya- hingga terbetik dalam hatinya seandainya ia bisa melihat kemaluannya dan dapat berzina dengannya.
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta'ala menggambarkan bahwa mata yang selalu mencuri pandang dan melihat hal-hal yang diharamkan baginya sebagai pengkhianat. Lalu bagaimana pula dengan ikhtilat.
Kelima, bahwasanya Allah memerintahkan mereka untuk diam di rumah. Allah berfirman, yang artinya :
"Dan tinggAllah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah mereka berhias (dengan cara) berhias seperti golongan jahiliyyah pertama."
(QS AL-Ahzab : 23).
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah memerintahkan istri-istri Nabi saw yang suci, telah disucikan dan thayyibat untuk tetap tinggal di rumah. Dan perintah ini juga mencakup wanita selain mereka dari kalangan wanita kaum muslimin-berdasarkan kaidah ushul yang menyatakan bahwa suatu perintah itu ditujukan kepada seluruh (bersifat umum ) kecuali bila terdapat dalil yang mengkhususkannya - dan tidak ada satupun dalil yang mengkhususkan (ayat diatas) ; maka mereka ( para wanita) diperintahkan untuk tetap di rumah kecuali secara darurat harus keluar.

Lalu bagaimana mungkin ikhtilat dibolehkan setelah melihat penjelasan diatas, ditambah lagi dijaman ini semakin sering terjadi kejahatan terhadapa wanita, mereka juga telah menghilangkan "jilbab" rasa malu mereka, bertabarruj dan memperlihatkan aurat mereka dihadapan pria asing ditambah lagi semakin berkurangnya kepedulian dari orang-orang yang bertanggung jawab terhadap mereka, baik suami mereka atau yang lainnya.
Adapun dalil-dalil dari As-Sunnah maka kita cukup menyebutkan 6 dalil:
Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh muslim, At-Tirmidzi dan selainnya dengan sanad mereka dari Abu Hurairah ra. Rosulullah saw bersabda, yang artinya :
'Sebaik-baik shaf kaum pria adalah shaf yang pertama dan yang paing buruk adalah yang paling akhir, dan sebaik-baik shaf kaum wanita adalah yang paling akhir, sedang yang paling buruk adalah shaf yang pertama."
Hadist ini menunjukkan bahwasanya Rosulullah saw mensyari'atkan kepada kaum wanita bila mereka mendatangi masjid, maka hendaknya mereka terpisah dari jama'ah laki-laki, lalu beliau menggambarkan bahwa shaf pertama mereka dengan sifat keburukan dan shaf terakhir mereka dengan sifat kebaikan.
Hal ini tidak lain karena jauhnya wanita-wanita di shaf terakhir dri kaum pria yang menghalangi mereka bercampur. Dan beliau mencela shaf pertama kaum wanita karena hal yang terjadi adalah hal yang sebaliknya. Beliau juga mensifati akhir shaf kaum pria dengan keburukan jika terdapat kaum wanita yang juga mengerjakan sholat bersama mereka, dikarenakan mereka tidak sholat di depan, tidak lagi dekat dengan imam dan justru lebih dekat kepada kaum wanita yang dapat mengganggu konsentrasinya dan bisa jadi merusak ibadah serta mengganggu niat dan kekhusyu'annya, maka apabila syariat menduga terjadinya hal tersebut dalam ibadah di mana tidak terjadi ikhtilat tentu lebih memungkinkan sehingga pelarangan ikhtilat lebih utama.
Kedua, Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Zainab istri Abdullah bin Mas'ud ra, bahwasanya Rosulullah saw bersabda, yang artinya :
" bila salah seorang dari kalian mendatangi masjid maka janganlah ia memakai wangi-wangian."
Dan Abu Daud meriwayatkan dalam Sunannya Imam Ahmad dan Syafi'i meriwayatkan dalam musnad mereka dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rosulullah saw, bersabda, yang artinya :
" Janganlah kalian melarang hamba-hamba (wanita) Allah dari mesjid-mesjid Allah , namun hendaknya mereka keluar tanpa memakai wangi-wangian."
Ibnu Daqiq Al-Ied berkata, "Hadits ini menunjukkan pengharaman memakai wangi-wangian bagi wanita yang ingin pergi ke mesjid, karena dapat menggerakkan syahwat kaum pria, dan bisa jadi menggerakkan syahwat kaum wanita juga. "Ia berkata, "Dan dapat dikiaskan dengan hal-hal yang semakin, seperti pakaian yang bagus, perhiasan yang nampak gemerlapnya, dan penampilan yang mewah."
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Demikian pula ikhtilat dengan kaum pria."
Ketiga, diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid dari Rosulullah saw. Bahwa beliau bersabda, yang artinya :
"Tidaklah aku meninggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya bagi kaum pria melebihi kaum wanita."
Hadits ini menggambarkan wanita sebagai fitnah; lalu bagaimana mungkin sumber fitnah tersebut dikumpulkan dengan yang dapat fitnah itu ? ini jelas tidak boleh.
Keempat, dari Abu Sa'id Al-Khudri ra, dari Rosulullah saw bahwa beliau bersabda, yang artinya :
"Sesungguhnya dunia adalah sesuatu yang manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah telah menjadikan kalian beramal, berhati-hatilah terhadap dunia, berhati-hatilah dengan wanita karena sesungguhnya awal mula fitnah Bani Israil adalah pada wanita" diriwayatkan muslim.
Hadist ini menunjukkan bahwa Rosulullah saw memerintahkan untuk berhati-hati terhadap wanita; yang menunjukkan bahwa hal ini adalah sesuatu yang wajib. Lalu bagaimana kewajiban ini dapat dilakukan bila terjadi ikhtilat? Jelas ini tidak boleh.
Kelima dan keenam, diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam A-Mu'jam Al-Kabir , dari Ma'qil bin Yasar ra. bahwasanya Rosulullah saw bersabda, yang artinya :
"Sungguh bila kepala salah seorang ditusuk dengan besi yang panas itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya."
Al-Haitami berkata dalam Majma' Az-Zawaid, "Perawinya adalah perawi kitab Ash- Shahih." Al-Mundziri berkata dalam Ath-Tanhib wa Ath-Tharkib, perawinya siqah (dapat dipercaya).
Ath-Thabrani juga meriwayatkan dari Haris Abu Umamah ra. dari Rosulullah saw, ia bersabda: 'Sungguh jika seorang pria disentuh oleh seekor babi yang berlumur tanah dan lumpur itu lebih baik baginya dari pada bila pundaknya disentuh oleh pundak wanita yang tidak halal baginya.
Hadist-hadist ini menunjukkan bahwa Nabi saw melarang seorang pria menyentuh seorang wanita baik dengan penghalang atau tidak Bila ia bukan muhrim baginya karena akan mengakibatkan pengaruh yang buruk. Demikian pula ikhtilat, ia dilarang karena itu.
Maka barangsiapa memperhatikan apa yang dikandung dalil-dalil yang kami sebutkan, jelaslah baginya bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa ikhtilat tidak akan menyebabkan terjadinya fitnah tidak lain hanyalah pandangan yang keliru. Bahkan sebenarnya ia dapat menyebarkan fitnah oleh karena itu syari'at melarangnya untuk mencegah terjadinya kerusakan.
Dan tentu saja tidak termasuk dalam larangan tersebut hal-hal yang bersifat daruratan dibutuhkan serta terjhadi pada tempat-tempat ibadah seperti di Masjidil Haram dan Masjidil Nabawi.
Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kaum muslimin yang belum sadar serta menambah petunjuk kepada yang telah mendapatkan petunjuk

IFFAH


Upaya Menjaga Kesucian Diri 
 
Di penggalan masa ini, disaat kejahiliahan hampir merata di seluruh penjuru, upaya penjagaan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan, kesiasian dan kerendahan terasa lebih butuh untuk ditekankan. Terlebih bagi seorang muslimah yang telah mulai tumbuh kesadaran mempelajari Al Islam dan komitmen mengamalkannya. Iffah adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela.
Ada beberapa hal yang bisa menumbuhkan iffah, yang sewajarnya diusahakan oleh seorang muslimah diantaranya: 

Ketaqwaan Kepada Allah
 
Hal ini merupakan asas paling fundamental dalam mengusahakan iffah pada diri seseorang. Ketaqwaan adalah pengekang seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang oeh dienul Islam. Taqwa akan menyebabkan seseorang selalu berhati dalam melakukan berbagai perbuatan, baik di kala sendirian maupun keramaian mengamalkan sabda Nabi sholallohu alaihi wasalam " Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada…" segala anggota tubuh akan selalu terjaga jangan sampai melanggar larangan Allah sehingga terjerumus dalam kemurkaan-Nya. Mulutnya terjaga dari pembicaraan yang bermuatan dosa, baik dosa kepada Allah, maupun dosa kepada manusia seperti ghibah, fitnah adu domba berdusta, mngumpat kepada taqdir, mencela zaman dan lain sebagainya. Tangannya pun terjaga dari hal yang dilarang seperti mengambil yang bukan haknya, memukul tanpa kebenaran, bersentuhan/ berjabat tangan dengan yang bukan mahram dan lainnya. Mata pun demikian tak kalah dengan anggota tubuh yang lain tak ingin terjerumus dalam mengumbar pandangan yang diharamkan, dan seluruh anggota tubuh yang lainnya selalu terjauh dari larangan Allah azza wa jalla. Sungguh ketika taqwa berdiam pada diri seseorang, maka muncullah pribadi yang penuh dengan hiasan yang tak tertandingi keindahannya. Mengalahkan keindahan mutiara, emas, perak, berlian dan hiasan dunia yang lainnya. Taqwa tak sebatas hanya di masjid, atau di tempat kajian saja, namun ia melekat dimanapun dan kapanpun. Di rumah, tempat belajar, sekolah dan di segala tempat… 


Nikah
 
Nikah adalah salah satu jalan lempang untuk menjaga kesucian diri. Bahkan sarana yang terutama untuk menumbuhkan sifat iffah. Dengannya terjaga pandangan mata dan kehormatan diri seorang muslimah. Yang memang godaan kepadanya sangat besar dan berat . maka nikah adalah solusi yang paling tepat. Ia adalah fitrah kemanusiaan yang di dalamnya terkandung rasa cinta dan kasih sayang serta kedamaian, yang tak di dapatkan dengan jalan-jalan yang lain. Ini sebagaimana firman Allah :
"dan diantara tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa cinta dan kasih sayang " ( QS Ar Rum : 21 )

Rasa Malu
 
Ia adalah sifat yang agung dan terpuji. Dengan rasa malu, seorang akan terhindar dari berbagai perbuatan yang keji, tidak pantas, mengandung dosa dan kemaksiatan. Ia menjadi bertambah indah ketika melekat pada diri seorang muslimah. Dengan malu seorang muslimah akan selalu nampak dalam fitrah kewanitaannya, tak mau mengumbar aurat tubuhnya, tak mau mengeraskan suara yang tak diperlukan di tengah kumpulan manusia, tak tertawa dengan selepas-lepasnya dan yang lain sebagainya. Orang yang awam sekali pun bila disuruh untuk memberikan penilaian terhadap dua orang , yang seorang adalah wanita yang menjaga rasa malunya. Seorang lagi tak pedulian tak punya rasa malu terhadap orang, bicara seenaknya duduk seenaknya, segalanya seenaknya tentu orang akan memberikan penilaian tinggi pada wanita yang pertama daripada wanita yang kedua. Rasa malu ini benar-benar akan menjadi penjaga yang baik bagi seorang muslimah. Ia akan menyedikitkan beraktivitas keluar rumah yang tanpa faedah, ia akan menjaga diri ketika berbicara dengan orang terlebih laki-laki yang bukan mahram. Tentu hal ini akan lebih menjaga kehormatannya.

Diantara Berjuta Cinta

CINTA...

Kehidupan ini rasanya tak pernah dapat dilepaskan dari apa yang dinamakan 'cinta'. Dengannya menjadi semarak dan indah dunia ini. Lihat saja, bagaimana seorang bapak begitu bersemangat dalam beraktivitas mencari nafkah, tak lain karena dorongan cintanya terhadap anak dan isterinya. Seorang yang lain pun begitu semangatnya menumpuk harta kekayaan, karena sebuah dorongan cinta terhadap harta benda, demikian pula mereka yang cinta kepada kedudukan, akan begitu semangat meraih cintanya.
Itu semua adalah beberapa contoh dari berjuta cinta yang ada. Meskipun kesan yang banyak dipahami orang tentang cinta, identik dengan apa yang terjadi antara seorang pemudi dan pemuda. Padahal cinta tak hanya sebatas itu saja.
Ternyata masalah cinta memang tidak sederhana. Ada cinta yang bernilai agung lagi utama, namun ada pula cinta yang haram dan tercela. Cinta sendiri kalau dilihat menurut islam, maka dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk. Kita semestinya tahu tentang model cinta tersebut untuk kemudian mampu memilih mana cinta yang mesti kita lekatkan di hati, mana pula cinta yang mesti kita tinggalkan sejauh-jauhnya.
  • Cinta kepada Allah
    Cinta model ini adalah cinta yang paling utama. Bahkan kata ulama kita, cinta kepada Allah adalah pokok dari iman dan tauhid seorang hamba. Karena memang Allah sajalah satu-satunya dzat yang patut diberikan rasa cinta.
    Segala cinta, kalau kita buat peringkat maka nyatalah bahwa cinta kepada Allah adalah puncaknya. Ia adalah yang tertinggi, paling agung dan paling bermanfaat. Begitu bermanfaat cinta kepada Allah ini, sehingga tangga-tangga menuju kepadanya pun merupakan hal-hal yang bermanfaat pula. Diantaranya berupa taubat, sabar dan zuhud. Apabila cinta diibaratkan sebuah pohon maka ia pun akan menghasilkan buah-buah yang bermanfaat seperti rasa rindu dan ridha kepada Allah.
    Mengapa kita mesti cinta kepada Allah ? banyak sekali alasannnya. Diantaranya adalah karena Allah lah yang memberikan nikmat kepada kita, bahkan segala nikmat. Sedangkan hati seorang hamba tercipta untuk mencinta orang yang memberikan kebaikan kepadanya. Kalau demikian, sungguh sangat pantas apabila seorang hamba cinta kepada Allah, karena Dialah yang memberikan semua kebaikan kepada hamba.
    "Dan apa-apa nikmat yang ada pada kalian , maka itu semua dari Allah"
    (QS Al Baqarah : 165)
Seorang hamba di setiap pagi dan petang, siang dan malam selalu berdoa, memohon dan meminta pertolongan kepada Allah. Dari doa tersebut kemudian Allah memberikan jawaban, menghindarkan hamba dari bahaya, memenuhi kebutuhan hamba tadi. Keterikatan ini mendorong hati untuk mencinta kepada dzat tempat ia bermohon.
Setiap insan pun tak lepas dari dosa dan kesalahan, maka Allah selalu membuka pintu taubat kepada hamba tadi, bahkan Allah tetap memberikan rahmah meski hamba kadang tidak menyayangi dirinya sendiri. Kebaikan-kebaikan yang dibuat hamba, tak ada sesuatu pun yang mampu diharap untuk memberi balasan dan pahala kecuali Allah semata.
Terlebih lagi, Allah telah menciptakan hamba, dari sesuatu yang tak ada menjadi ada. Tumbuh, berkembang dengan rizki dari Allah Ta'ala. Maka ini menjadi alasan kenapa hamba semestinya cinta kepada Allah.
Cinta memang menuntut bukti. Tak hanya sekedar ucapan, seperti pepatah orang arab 'semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila namun si Laila tak pernah mengakuinya'. Dan wujud cinta ilahi dibuktikan dengan
"Katakanlah apabila kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Rasulullah) maka Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian" (QS Ali Imran : 31)
mengikuti sunah nabi dan juga berjihad di jalan Allah Ta'ala.
  • Cinta karena Allah / cinta di jalan Allah
    Cinta karena Allah tentu saja mengikuti cinta yang pertama. Seperti dalam kehidupan, ketika kita cinta kepada seseorang maka apa yang dicintai oleh orang yang kita cinta pun kita sukai pula. Cinta karena Allah adalah cinta kepada 'person' yang dicinta Allah seperti para nabi, rasul para sahabat nabi dan orang-orang shalih. Cinta karena Allah jua berujud cinta kepada perbuatan shalih seperti shalat, puasa zakat, berbakti kepada orang tua, memuliakan tetangga, berakhlaq mulia, menuntut ilmu syar'i dan segala perbuatan baik yang lain. Dengan demikian, ketika seoarng muslim mencinta seseorang atau perbuatan maka ia punya sebuah barometer "apakah hadir pada perbuatan maupun orang tadi hal yang dicinta Allah". Bagaimana kita tahu kalau suatu perbuatan dicinta Allah? Jawabnya adalah, apabila Allah perintahkan atau diperintahkan Rasulullah berupa hal yang wajib maupun yang sunnah(mustahab). Cinta yang disyariatkan diantaranya adalah cinta kepada saudara seiman
    "Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri" (HR Bukhari dan Muslim)
    Cinta ini bermanfaat bagi pelakunya sehingga mereka layak mendapatkan perlindungan Allah di hari tiada perlindungan kecuali perlindungan Allah saja.
  • Cinta bersama Allah
    Kecintaan ketiga ini adalah cinta yang terlarang. Cinta bersama Allah berarti mencintai sesuatu selain Allah bersama kecintaan kepada Allah. Membagi cinta, adalah model cinta yang ketiga ini. Kecintaan ini hanyalah milik orang-orang musyrik yang mencintai sesembahan-sesembahan mereka bersama cinta kepada Allah. Seperti firman Allah:
    "Dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan, yang mereka mencintai tandingan tadi sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat besar cinta mereka kepada Allah "
    (QS Al Baqarah : 165)
    Kecintaan ini bisa ditujukan kepada pohon, berhala, bintang, matahari, patung , malaikat, rasul dan para wali apabila kesemuanya dijadikan sesembahan selain Allah.
    Terus bagaimana cinta kita kepada anak, harta, pakaian, nikah dan kepada hal yang berhubungan dunia ? Cinta yang seperti ini adalah cinta yang disebut sebagai "cinta thabi'i" cinta yang sesuai dengan tabiat artinya wajar-wajar saja. Apabila mengikuti kecintaan kepada Allah, mendorong kepada ketaatan maka ia bermuatan ibadah. Sebaliknya bila mendorong kepada kemaksiatan maka ia adalah cinta yang tercela dan terlarang.

Muslimah & Waktunya

Waktu hidup sangatlah terbatas dan berharga. Namun pada kenyataan, kita sering melewatkan waktu yang sempit tadi, berlalu begitu saja tanpa makna. Ada yang mengibaratkan waktu sebagai sebilah pedang. kalau kita tidak gunakan untuk menebas maka kita lah yang akan ditebasnya. Hari-hari berlalu begitu cepatnya, detik, menit, jam hari, minggu, bulan dan seterusnya berlalu dengan cepatnya. Ia selalu bergerak dan tak mempedulikan orang yang ada di atasnya. Bila manusia tak peduli juga dan tidak turut bergerak niscaya ia akan tertinggal.
Apabila manusia turut bergerak menyertai waktu, maka mesti ia perhatikan apa aktivitas yang ia lakukan dalam mengikuti pergerakan waktu. Apakah aktivitas kebaikan ataukah sebaliknya. Kalau aktivitas jelek yang ia lakukan niscaya ia akan merugi dan bila kebaikan niscaya keuntunganlah yang akan ia raih. Kita pun mesti ingat bahwa setiap aktivitas tadi baik berupa perbuatan maupun perkataan ada yang mengawasi dan mencatat. Firman Allah
' apa-apa yang kamu ucapkan dari perkataan maka disisinya ada malaikat yang dekat dan selalu menyertai'.(Qof:18)
Kenyataan seperti ini tentu akan menggugah diri seorang insan beriman untuk melihat dan mengetahui amala kebaikan yang semestinya ia lakukan dalam bergerak bersama waktu

BAGAIMANA SEORANG MUSLIMAH MEMANFAATKAN WAKTUNYA

  • Tilawah Al Qur'an. Kita semestinya menyempatkan dan mengagendakan waktu kita untuk membaca firman-firman Allah. Membaca Al Qur'an adalah bentuk aktivitas yang bagus untuk memanfaatkan waktu kita. Bahkan padanya ada pahala yang besar. Pada setiap huruf dari ayat yang kita baca bermuatan pahala, ada 1 kebaikan. Padahal pada 1 kebaikan diganjar 10- 700 kali lipat. Salafus-shalih (para pendahulu yang shalih) senantiasa menjaga kontinuitas dalam membaca Al Qur'an dan mereka terbiasa mengkhatamkan Al Qur'an beberapa kali dalam sebulan. Adapun kita, apabila mempunyai kesibukan yang banyak maka paling tidak , kita menkhatamkan Al Qur'an minimal satu kali dalam sebulan. Untuk kontinuitasnya maka sebaiknya kita mulai membaca Al Quran pada awal bulan, nomor juz yang kita baca disesuaikan dengan tanggal yang ada. Hari ke 1 bulan tersebut kita baca juz 1, hari kedua juz dua hari ketiga juz tiga dan seterusnya sampai genap tiga puluh hari kita selesaikan tiga puluh juz Al Qur'an.
  • Membaca buku-buku yang bermanfaat. Aktivitas ini kita lakukan dengan tujuan menambah ilmu dan staqofah kita. Mulailah kita baca buku-buku Islam yang membuat kita mampu berislam dengaan baik dan beribadah kepada Allah dengan ilmu yang benar. Dengan aktivitas membaca ini, kita akan tahu tentang bagaimana sebenarnya kedudukan wanita di zaman jahiliah sebelum islam. Kita pun akan mengetahui bagaimana sebenarnya kerancuan-kerancuan yang dibuat oleh musuh-musuh islam untuk menghancurkan keislaman seorang muslimah.
  • Berdzikir Kepada Allah. Jadikan umur kita yang terbatas ini untuk terus ingat kepada Allah. Dzikir ini sebenarnya mudah untuk dilakukan dan semua muslimah bisa menjalankan dimanapun berada. Dzikir bisa kita hiaskan di bibir kita, ketika kita beraktivitas di rumah misalnya. Kenapa ia tak selayaknya kita tinggalkan? Karena ternyata keutamaan dzikir sangatlah banyak "Dan laki-laki serta perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah" Rasul pun pernah bersabda
    "Perumpamaan orang yang berdzikir dan tidak berdzikir seperti orang yang hidup dan orang yang mati (HR Bukhari dan muslim),
    seorang badui pernah berkata kepada rasulullah "sungguh syariat itu sangat banyak bagi saya, maka nasehatilah aku, Nabi bersabda "jadilah lisanmu selalu dalam keadaan dzikir kepadaa Allah (HR Ahmad)
    Membaca Al Qur'an adalah dzkir, demikian pula tasbih, tahmid, tahlil, doa. Dan sebenarnya, dzikir itu sendiri merupakan wujud kesyukuran kita kepada Allah Ta'ala,
  • Mendidik anak. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab seorang ibu. Tarbiyah yang terpenting bagi seorang anak adalah adalah tarbiyah shalihah dan menumbuhkan sang anak di atas manhaj rabbani yang lurus. Tarbiyah seorang ibu dari sisi ini memegang peran yang sangat besar daripada seorang ayah, yang memang lebih banyak bertugas di luar rumah.Ibu shalihah yang menumbuhkembahkan anak dengan akhlaq yang mulia dan muamalah yang baik jelas akan menjadi qudwah bagi sang anak.
  • Silatur rahiim. Aktivitas wajib bagi kita. Semestinya dengan aktivitas ini kita dapat memberikan lebih banyak manfaat kepada kerabat kita, dengan berkata dengan kata-kata yang baik, atau dengan memberikan kaset keislaman, buku-buku dan menasehati ketika dia lalai. Karena Rasulullah pernah bersabda
    "Orang yang menunjuki kebaikan maka (pahalanya) seperti orang yang melakukan (HR. Bazzar)
  • Mendengar kaset kaset yang bermanfaat. Kaset-kaset yang berisi ilmu-ilmu islam di saat ini begitu mudah untuk diperoleh dan mudah pula kita gunakan, khususnya bagi wanita yang punya kesibukan di rumah tangga bersama anak-anaknya. Kita dapat mendengarkan kaset tersebut ketika di dapur mempersiapkan makanan. Jangan kita biarkan sedikit pun waktu kita berlalu tanpa manfaat.
  • Membantu orang tua kita. Bagi yang belum berkeluarga, kadang beberapa pelajar atau mahasiswi di musim-musim ujian menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar dan meninggalkan pekerjaan rumah agar dikerjakan oleh ibu atau pembantu. Benarkah yang demikian ini? Jawabnya adalah tidak benar, kita bisa belajar namun tugas rumah pun tak pantas kita tinggalkan,dan tentunya kita pun ingin agar ibu kita bisa banyak beribadah kepada Allah ta'ala.

Hukum Wudhu Orang Yang Memakai Inai (Pacar)

Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta' ditanya : Diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang maksudnya: Tidak sah wudhunya seseorang bila pada jari-jarinya terdapat adonan (sesuatu yang dicampur air) atau tanah. Kendati demikian saya banyak melihat kaum wanita yang menggunakan inai (pacar) pada tangan atau kaki mereka, padahal inai yang mereka pergunakan ini adalah sesuatu yang dicampur dengan air dalam proses pembuatannya, kemudian para wanita itu pun melakukan shalat dengan menggunakan inai tersebut, apakah hal itu diperbolehkan ? Perlu diketahui bahwa para wanita itu mengatakan bahwa inai ini adalah suci, jika ada seseorang yang melarang mereka.
Jawaban.
Berdasarkan yang telah kami ketahui bahwa tidak ada hadits yang bunyinya seperti demikian. Sedangkan inai (pacar) maka keberadaan warnanya pada kaki dan tangan tidak memberi pengaruh pada wudhu, karena warna inai tersebut tidak mengandung ketebalan/lapisan, lain halnya dengan adonan, kutek dan tanah yang memiliki ketebalan dapat menghalangi mengalirnya air pada kulit, maka wudhu seseorang tidak sah dengan adanya ketebalan tersebut karena air tidak dapat menyentuh kulit. Namun, jika inai itu mengandung suatu zat yang menghalangi air untuk sampai pada kulit, maka inai tersebut harus dihilangkan sebagaimana adonan.
(Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta : 5/217)
Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, terbitan Darul Haq hal. 7 penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin.

10 Nasehat Untuk Wanita


10 Nasehat Untuk Wanita
Nasehat adalah sebuah kejernihan yang sewajarnya hadir dalam kehidupan masyarakat Islam. Terkhusus bagi wanita muslimah yang hidup dijaman ini. Sapaan nasehat adalah penyejuk yang menyegarkan langkah dalam menuju ridha Yang Maha rahmah, Allah tabaraka ta'ala.
  1. Wanita muslimah meyakini bahwa Allah adalah Tuhannya, Muhammad adalah nabinya dan Islam adalah agamanya, dan menampakkan jejak keimanan dalam perkataan, amalan dan keyakinan. Maka ia selalu menjauhi murka Allah, takut akan pedihnya azab Allah dan balasan akibat menyelisihi perintah-Nya.
  2. Wanita muslimah selalu menjaga sholat-sholat wajibnya, berwudlu, menjaga kekhusyukan dan ketepatan waktu melaksanakan sholat. Janganlah menyibukkan diri dengan aktivitas yang lain ketika datang waktu sholat. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat yang memalingkan dari ibadah kepada Allah. Ia pun menampakkan atsar (bekas) sholatnya dalam peri kehidupan , karena sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, sholat adalah penjaga terbesar dari kemaksiatan.
  3. Wanita muslimah selalu menjaga hijabnya (mengenakan jilbab) merasa mulia dengan hal tersebut dan dia tidak keluar dari rumah kecuali dalam kondisi berjilbab, dengan jilbab tersebut bertujuan agar Allah menjaganya. Ia pun bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan, menjaga dan mengehendaki terjaganya kesuciannya dengan jilbab.
" Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu anak-anakmu dan wanita beriman agar mereka mengenakan jilbab-jilbab mereka."
(al ahzaab: 59)
  1. Wanita muslimah selalu mentaati suaminya, bersikap lembut, cinta, mengajaknya kepada kebaikan, menasehati dan menghibur suaminya. Ia tidak mengeraskan suara dan kasar dalam berbicara kepada suaminya. Rasulullah bersabda,
'apabila seorang wanita menjaga shalat lima waktunya, berpuasa di bulan ramadhan, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya niscaya ia akan masuk surga. (Hadis Shahih jami')
  1. Wanita muslimah senantiasa mendidik putranya untuk taat kepada Allah, mengajarinya dengan aqidah yang benar, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi maksiat dan akhlaq yang buruk, firman Allah,
'wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka'. (At tahrim: 6)
  1. Wanita muslimah tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Sabda Rasulullah,
'barangsiapa wanita yang berdua-duaan dengan laki-laki, maka setan yang ke-3 nya'.
Dan wanita muslimah tidak bepergian jauh kecuali untuk keperluan yang tidak bisa ditinggalkan dan disertai mahram dengan berjilbab.
  1. Wanita muslimah tidak berpenampilan atau berdandan seperti kaum laki-laki. Sabda Rasulullah,
'Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.' (Hadis shahih)
Wanita muslimah juga tidak meniru orang-orang kafir dalam kekhususan dan kebiasaan mereka,
"barang siapa yang bertasyabuh (menyerupai) suatu kaum, maka ia termasuk golongan kaum tersebut" (hadis shahih)
  1. Wanita muslimah adalah da'iyah (orang yang berdakwah) dibarisan kaum wanita dengan menggunakan perkataan yang baik melalui jalan menziarahi tetangganya , menyambung persaudaraan, melalui telpon, memberikan buku-buku dan kaset-kaset Islam. Ia pun beramal dengan apa yang ia ucapkan dan bersemangat dalam menghindarkan diri dari adzab Allah,
'kalau Allah menghidayahi seseorang melalui perantara kamu maka hal tersebut lebih baik bagimu dari pada binatang ternak yang merah (harta dunia yang banyak). (HR. bukhari dan muslim).
9.      Wanita muslimah menjaga hatinya dari kerancuan dan hawa nafsu , menjaga pandangannya dari pandangan-pandangan yang haram, menjaga telinganya dari hal-hal yang melalaikan dari dzikrullah, ini semua yang dinamakan dengan taqwa,
'malulah terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, barang siapa yang malu dengan sebenar-benarnya maka jagalah kepalanya dan apa yang ada didalamnya, dan jagalah perutnya serta yang ada didalamnya, ingatlah kematian dan musibah, barang siapa yang menghendaki akhirat hendaknya ia meninggalkan (tidak cinta) perhiasan-perhiasan dunia, barang siapa berbuat demikian niscaya sikap malunya kepada Allah benar. (Hadis Shahih Jami')
  1. Wanita muslimah tidak menyia-nyiakan waktu siang maupun malamnya untuk perbuatan yang tidak ada gunanya, atau melewatkan masa mudanya hilang dengan percuma,
'tinggalkanlah mereka yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan kesia-siaan'. (Al An'am: 70)
Allah berfirman tentang orang yang menyia-nyiakan umurnya ,
'alangkah meruginya diri kami dari apa yang telah kami tinggakkan' .
(Al An'am: 31)
Wahai muslimah laksanakanlah nasehat-nasehat ini niscaya engkau akan jaya di dunia dan di akhirat.

Jumat, 27 April 2012

Hukum Wudhu Orang Yang Memakai Kutek

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah hukum wudhunya orang yang menggunakan kutek pada kuku-kukunya ?
Jawaban.
Sesungguhnya kutek itu tidak boleh dipergunakan wanita jika ia hendak shalat, karena kutek tersebut akan menghalangi mengalirnya air dalam bersuci (pada bagian kuku yang tertutup oleh kutek itu), dan segala sesuatu yang menghalangi mengalirnya air (pada bagian tubuh yang harus disucikan dalam berwudhu) tidak boleh dipergunakan oleh orang yang hendak berwudhu atau mandi, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
    "Artinya : Maka basuhlah mukamu dan tanganmu". (Al-Maidah : 6)
Jika wanita ini menggunakan kutek pada kukunya, maka hal itu akan menghalangi mengalirnya air hingga tidak bisa dipastikan bahwa ia telah mencuci tangannya, dengan demikian ia telah meninggalkan satu kewajiban di antara beberapa yang wajib dalam berwudhu atau mandi. Adapun bagi wanita yang tidak shalat, seperti wanita yang mendapat haidh, maka tidak ada dosa baginya jika ia menggunakan kutek tersebut, akan tetapi perlu diketahui bahwa kebiasaaan-kebiasaan tersebut adalah kebiasaan wanita-wanita kafir, dan menggunakan kutek tersebut tidak dibolehkan karena terdapat unsur menyerupai mereka.
(Fatawa wa Rasa'il Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, 4/148. Di susun oleh Fahd As-Sulaiman)
Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, terbitan Darul Haq hal. 6-7 penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin.

Pribadi Shalehah


Hari Anda Adalah Hari Ini



Jika datang pagi maka janganlah menunggu tibanya sore. Pada hari ini Anda hidup, bukan di hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan kejelekannya, dan bukan pula hari esok yang belum tentu datang.

Hari ini dengan mataharinya yang menyinari Anda, adalah hari Anda. Umur Anda hanya sehari. Karena itu anggaplah rentang kehidupan Anda adalah hari ini saja, seakan-akan Anda dilahirkan pada hari ini dan akan mati hari ini juga. Saat itulah Anda hidup, jangan tersangkut dengan gumpalan masa lalu dengan segala keresahan dan kesusahannya, dan jangan pula terikat dengan ketidakpastian-ketidakpastian di masa yang penuh dengan hal-hal yang menakutkan serta gelombang yang sangat mengerikan. Hanya untuk hari sajalah seharusnya Anda mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras.

Pada hari ini Anda harus mempersembahkan kualitas shalat yang khusyu', bacaan Al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir yang sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian pada jiwa dan raga, serta bersikap sosial terhadap sesama.

Hanya untuk hari ini saja, saat mana Anda hidup. Oleh karena itu, Anda harus benar-benar membagi setiap jamnya. Anggaplah setiap menitnya sebagai hitungan tahun, dan setiap detiknya sebagai hitungan bulan, saat-saat dimana Anda bisa menanam kebaikan dan mempersembahkan sesuatu yang indah. Beristighfarlah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada- Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan nanti, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan. Terimalah rezeki yang Anda dapatkan hari ini dengan penuh keridhaan: Istri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan posisi Anda.

“Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS Al-A'raf: 144)

Jalanilah hidup Anda hari ini dengan tanpa kesedihan dan guncangan jiwa, tanpa rasa tidak menerima dan keirian, dan tanpa kedengkian.

Satu hal yang harus Anda lakukan adalah menuliskan pada dinding hati Anda suatu kalimat (yang juga harus Anda tuliskan dia atas meja Anda): "Harimu adalah hari ini". Jika Anda makan nasi hangat hari ini, maka apakah nasi yang Anda makan kemarin atau nasi besok hari yang belum jadi akan berdampak negatif terhadap diri Anda?

Jika Anda bisa minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa Anda harus bersedih atas air asin yang Anda minum kemarin? Atau, mengapa malah mengharapkan air yang hambar dan panas yang akan datang esok hari?

Jika Anda jujur terhadap diri Anda sendiri maka dengan kemauan keras, Anda akan bisa menundukkan jiwa Anda pada teori ini : "Saya tidak akan pernah hidup kecuali hari ini." Oleh karena itu, manfaatkanlah hari ini, setiap detiknya, untuk membangun kepribadian, untuk mengembangkan semua potensi yang ada, dan untuk membersihkan amalan Anda.

Katakanlah: "Hari ini saya akan mengatakan yang baik-baik saja. Saya tidak akan pernah mengucapkan kata-kata kotor dan menjijikkan, tidak akan pernah mencela dan mengghibah. Hari ini saya akan menertibkan rumah dan kantor, agar tidak semrawut dan berantakan, agar rapi dan teratur. Karena saya hanya hidup untuk hari ini saja maka saya akan memperhatikan kebersihan dan penampilan diri. Juga, gaya hidup, keseimbangan cara berjalan, bertutur dan tindak tanduk."

Karena saya hanya hidup untuk hari ini saja maka saya akan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Rabb, melakukan shalat sesempurna mungkin, melakukan shalat-shalat nafilah sebagai bekal untuk diri sendiri, bergelut dengan Al-Qur'an, mengkaji buku-buku yang ada, mencatat hal-hal yang perlu, dan menelaah buku yang bermanfaat.

Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan menanam nilai-nilai keutamaan di dalam hati ini dan mencabut pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri: takabur, ujub, riya', dan buruk sangka.

Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kebaikan kepada mereka: menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang kebingungan, memberi makan orang kelaparan, menolong orang yang sedang dalam kesulitan, membantu yang dizhalimi, membantu yang lemah, mengasihi yang menderita, menghormati seorang yang alim, menyayangi anak kecil, dan menghormati yang sepuh.

Karena saya hidup untuk hari ini saja maka saya akan hidup untuk mengucapkan, "Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah bersama mataharimu. Aku tidak akan menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku tercenung sedetikpun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi."

"Wahai masa depan, yang masih berada dalam keghaiban, aku tidak akan pernah bergelut dengan mimpi-mimpi dan tidak akan pernah menjual diri untuk ilusi. Aku tidakk memburu sesuatu yang belum tentu ada karena esok hari tidak berarti apa-apa, esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan, dan tidak pantas dikenang."

"Hari Anda adalah hari ini", adalah ungkapan yang paling indah dalam "kamus kebahagiaan", kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.

Dinukil dari:
Dari buku Laa Tahzan (Jangan Bersedih!),